Home » , » Versi Teks Shingeki no Kyojin Chapter 5

Versi Teks Shingeki no Kyojin Chapter 5

Sebelumnya : Shingeki no Kyojin Chapter 4

Para raksasa terus saja mendekat, sementara pasukan yang berada di atas dinding hanya bisa menembakki mereka dengan meriam. "Tembak!!" seru pasukan yang kemudian dilanjutkan dengan hujaman bola-bola meriam ke arah Titan. Namun, tampaknya serangan-serangan itu tak terlalu berefek.

Selama belum tepat mengenai bagian belakang lehernya, Titan akan mampu beregenerasi kembali. Dan kabar buruknya, kebanyakan dari yang biasa melakukan itu yaitu pasukan di barisan depan telah terkapar tak bernyawa.

Akhirnya, Titan mulai bisa memasuki gerbang, dari hanya satu dan akhirnya jumlahnya begitu banyak. Mereka masuk satu per satu, ke dalam kota yang belum semua penduduknya dievakuasi.


"Armin!!!" Conny berteriak-teriak ke Armin yang masih terlihat duduk shock. "Bangun!! Apa kau terluka!?? Apa yang sebenarnya terjadi!?? Kenapa kau sendirian?? Mana kelompokmu!??"

Armin mengingatnya, kejadian mengerikan yang baru saja dialami olehnya. Satu per satu temannya tewas di tangan raksasa, namun ia tak bisa menceritakan itu dan malah berteriak karena masih shock. "Armin!?? Apa yang sebenarnya terjadi, Armin!??" Conny terus berusaha untuk memperoleh informasi darinya.

"Sudah cukup, Conny, kecuali dia semuanya pasti sudah mati." ucap pasukan lainnya yang berdiri tak jauh dari Conny. "Diam!! Armin belum mengatakan apapun tentang itu!!" Conny masih ingin percaya. "Hanya dengan melihat wajahnya saja sudah bisa ditebak, kan!??" ucap pasukan tadi lagi.

"Lalu kenapa Armin bisa dalam keadaan tanpa luka seperti ini!??"

"Yah, mungkin saja raksasa salah sangka dan mengira dia sudah mati. Aku benar-benar tak mengerti apa yang Eren dan kelompoknya pikirkan. Menyelamatkan orang tak berguna seperti dia.."

"SIalan kau!!" Conny malah kesal. "Biar kututup mulut busukmu itu!!"
"Berhenti, kalian berdua!!" lerai Christa, pasukan lainnya.

"Semua orang yang ada di sini sedang tertekan. Dengan begitu banyak teman yang meninggal secara tiba-tiba, ini wajar, kan.." ucap Christa lagi. "Itu baru Christaku!! Kalau misi ini sudah selesai, menikahlah denganku.." ucap pasukkan tadi sambil bercanda. Pasukan yang tadi itu seorang perempuan, begitu juga dengan Christa.

"Huh.. Armin, apa kau bisa berdiri?" Conny mengulurkan tangannya pada Armin. Tapi kemudian, Armin malah langsung berdiri tanpa meraihnya dan berkata, "Maaf karena sudah merepotkan, aku akan bergabung dengan kelompok pertahanan!!" Armin lalu pergi begitu saja.

"Conny, kita juga harus segera perg, kita diperintahkan untuk menuju barisan depan!!" perintah rekan Conny.

Armin bergerak menggunakan maneuver tiga dimensi menuju barisan pertahanan. Dan di dalam perjalanan, ia terus saja memikirkannya. "Kondisi sekarang ini... benar-benar seperti neraka... tidak!! Situasinya tak menjadi seperti neraka.. sejak awal, ini memang neraka. Yang kuat memangsa yang lemah.."

Armin teringat masa-masanya dulu, saat ia dibully oleh anak-anak yang tubuhnya lebih kuat darinya. Saat itu, ia tak bisa melawan. Fisik Armin terlalu lemah untuk melawan tiga bocah berandal itu. Tapi, dia punya teman-teman yang selalu melindunginya, Eren dan Mikasa.

Armin berharap kalau suatu hari nanti ia bisa menjadi sejajar dengan teman-temannya. Ia juga ingin bisa membantu, melindungi mereka. Tapi, pada akhirnya malah jadi seperti ini, Eren mati karena dirinya, dan itu membuat Armin benar-benar terpukul.

"Ukhh..." Armin terjatuh tak jauh dari seorang pasukkan, perempuan, yang menangis sambil menekan-nekan tubuh lelaki yang terbaring di depannya. "Hannah..?" Armin mengenalnya. "Apa yang kau.."

"A-Armin, tolong aku!! Franz tidak bernafas!!" teriak perempuan bernama Hannah itu sambil menangis dan menekan-nekan tubuh Franz, berusaha untuk menghidupkannya kembali meski itu mustahil. "Aku sudah berkali-kali untuk membangunkannya, tapi tetap saja sia-sia.."

"Hannah, di sini berbahaya, kembalilah ke atap.."
"Aku tidak akan meninggalkan Franz!!!"
"Tapi, Franz sudah..."

Menghidupkan kembali Franz benar-benar sesuatu yang mustahil. Apa lagi, tubuhnya yang tersisa hanyalah bagian atasnya saja. Dengan kata lain, perut dan kakinya telah hilang. Tapi meski begitu, Hannah terus berusaha.

"Sudah cukup.." Armin tak tega melihat itu semua. "Hentikan.. aku tak tahan lagi.." ucap Armin.


Di sisi proses evakuasi, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Satu-satunya jalan menuju tempat yang lebih aman yaitu bagian dinding yang lebih dalam tersumbat oleh kereta bersama barang-barang yang dimiliki oleh orang kaya.

Seorang bos berusaha untuk memasukkan barang-barangnya yang begitu banyak itu tanpa peduli kalau ada banyak orang yang harus dievakuasi. Meski barangnya terlalu besar dan mustahil untuk dimasukkan, orang kaya itu terus memaksa.

"Hei pak tua!! Apa kau tak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini!??" teriak orang-orang. "Tentu saja aku tahu!! Karena itu aku melakukan ini!! Kalau kalian mau cepat keluar dari dinding ini, bantu aku mendorong barang-barangku!!"

"Jangan bodoh!! Keretamu itu dipaksa bagaimanapun tak akan muat!!"
"Izinkan orang-orang lewat terlebih dahulu!!"

"Hei, petugas, tolong beritahu dia!!!"

Bukannya memberitahu, petugas tak berani membantah si orang kaya tersebut. "Coba beritahu aku kalau berani!! Aku adalah bos di sini!! Akulah yang sudah memberi daging untuk kalian malan!! Apa kau punya uang yang cukup untuk memberi makan semua petugas di tempat ini, hah!?? Cepat bantu aku!! Hidup kalian yang menyedihkan tak sebanding dengan barang-barang berhargaku!!"

"Titan!!!!" teriakan warga tiba-tiba memecah suasana. "Dia mengarah kemari!!!!" dari kejauhan, tampak sesosok Titan mendekat dan hendak menyerang meraka. Orang-orang semakin panik, namun barang-barang itu masih menyumbat jalan mereka untuk kabur.

"Sial, dia mengabaikan kita dan mengarah pada para penduduk!!" beberapa pasukan mencoba untuk mengejarnya. "Cih, dia terlalu cepat!!"

Pasukan hampir pasrah, namun tiba-tiba Mikasa melesat dan kemudian menebas jatuh mahluk besar tersebut. "Apa kalian tidak apa-a.." Mikasa kaget. "Apa yang kalian lakukan?? Teman-temanku mati demi evakuas ini.. mereka mengorbankan diri mereka hanya demi mendapat waktu untuk kalian mengungsi.."

"Itu memang sudah jadi tugas mereka!!" bentak pak bos. "Jangan merasa hebat setelah menunmpang malkan selama seratus tahun!!! Wajar kan kalau kalian berkorban!?? "

"Kalau korban memang diperlukan untuk menyelamatkan orang banyak.." Mikasa berjalan mendekat ke arahnya. "A-apa yang akan kau lakukan!?? Nasib kalian bergantung pada kami!! "

"Kalau sudah jadi mayat, memangnya kau bisa bicara apa?" Mikasa tak peduli.
"Boss.." anak buah si bos menunggu perintah.

Si boss akhirnya tak bisa berkata apa-apa lagi. Setelah melihat mata Mikasa, ia tahu kalau perempuan itu tidak main-main. "Singkirkan gerobaknya.." ucap si bos.

Pada akhirnya, gerobak pun disingkirkan dan orang-orang bisa dievakuasi. "Terimakasih, kak.." ucap seorang anak kecil pada Mikasa. "Berkat dirimu, semuanya selamat, kami sangat berterimakasih." ucap ibu si anak.

"!!" Mikasa memasukkan pedangnya dan memasang pose hormat layaknya pasukan pada umumnya. Kemudian, Mikasa kembali pada pasukannya. "Seperti yang diharapkan, kau bisa membunuhnya, kerja bagus." ucap rekan Mikasa. "Terimakasih.." ucap Mikasa.

"Tapi.. gara-gara menyerang dengan terburu-buru, aku membuat pedangku tumpul. Lain kali aku akan berhati-hati." ucap MIkasa lagi.

"Hebat.." pikir rekannya. "Setelah berhadapan dengan hidup dan mati, dia masih bisa tenang seperti ini. Bagaimana bisa dia jadi seperti ini??"

Mikasa masih teringat dengan anak yang bersama dengan ibunya tadi. Dan melihat mereka, Mikasa malah teringat dengan masa lalunya. Mikasa teringat akan masa-masa itu, masa di tahun 844.

Saat itu, Mikasa kecil masih bersama dengan keluarganya, ayah dan ibunya.

"Ukh, sakit.."
"Anggap saja itu sebagai jimat." ucap ibu Mikasa. "Ini adalah simbol dari suku kita yang harus kita wariskan. Saat kau sudah memiliki anak nanti, kau juga harus mewariskan simbol ini pada mereka."

"Bu.. bagaimana cara membuat anak?" tanya Mikasa.
"Umm.. itu.. coba saja tanyakan pada ayahmu." sahut ibu Mikasa.

"Bagaimana, ayah??"

"A-ah.. ayah juga tidak terlalu tahu. Ah, nanti kan dokter Jaeger mau datang, coba saja tanyakan pada dia.." sahut ayah Mikasa.

Tok tok tok.. pintu tiba-tiba saja diketuk. "Ah, sepertinya dia sudah datang." ucap ayah Mikasa.

Di luar rumah, tampak Dokter Jaeger dan anaknya, yaitu Eren. "Mikasa??" Eren bertanya-tanya. "Ya. Dia adalah seorang gadis muda yang masih seumuran denganmu. Tak ada banyak anak di sini, jadi cobalah untuk berteman dengannya."

"Itu tergantung sikapnya.." ucap Eren.
"Eren, karena sikapmu itulah kau tak memiliki teman." ucap ayahnya.

Dokter Jaeger mengetuk pintu, namun tak kunjung ada jawaban. "Hmm?? Apa tidak ada orang di dalam?? Ackerman-san, ini Jaeger.." ayah Eren langsung membuka pintu dan..

Secara mengejutkan, tampak ayah dan ibu Mikasa telah tewas bersimbah darah. Mereka mati, dibunuh.

Bersambung ke Shingeki no Kyojin Chapter 6
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Rekomik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger