Orang-orang percaya kalau dinding itu cukup kuat untuk menahan para Titan, dan selamanya mereka akan bisa menikmati kebebasan yang ada di baliknya. Mereka terus percaya. Sampai pada suatu ketika, keyakinan itu menghilang.
Hari itu, umat manusia diingatkan kembali. Mereka tak pernah benar-benar bebas, umat manusia masih hidup di bawah ancaman para Titan. Dinding yang selama ini memberi mereka kedamaian hanyalah kurungan yang tak jauh beda dari kandang binatang.
Kembali ke waktu sebelum kejadian itu terjadi. Di luar dinding, pasukan yang terdiri dari ratusan ksatria gagah berani tampak tengah bersiap untuk memburu dan membunuh para Titans. "Semuanya!!" kapten mereka memberi perintah, "Bersiap untuk bertarung!!"
Dengan menunggangi kuda, merekapun berlari menuju hutan yang merupakan salah satu sarang Titan. "Target kita hanya satu!! Bunuh para Titan!!" seru sang kapten.
"Target terlihat!!" ucap salah seorang pasukan. Cukup jauh dari mereka, sesosok raksasa tampak bergerak mendekat. "Jarakanya sekitar empat ratus meter, dia bergerak mendekati kita!!"
Pasukan tadi tak gentar, dan tetap dengan rencana. "Pisah menjadi lima kelompok!! Lakukan seperti saat latihan!!" perintah sang kapten, dan kemudian pasukanpun berpencar. "Kami akan mengalihkan perhatiannya!! Semua tim penyerang, bersiaplah!!"
Pasukan penyerang menyiapkan senjata mereka, dan kemudian melakukan manuver tiga dimensi. Mereka menembakkan semacam tali dari alat yang masing-masing di pasang di sebelah kanan dan kiri pinggang, menancapkannya ke pepohon dan kemudian melesat layaknya manusia laba-laba.
Gerakan mereka begitu lincah, dan tak perlu waktu lama jarak antara mereka dan target sudah jadi sangat dekat. "Serang target dari berbagai penjuru!!" perintah sang kapten.
"Hiyaaahhh!!!" salah seorang pasukan melesat ke atas target, bersiap dengan pedang di tangannya dan kemudian melakukan tebasan memutar, "Rasakanlah kekuatan dari manusia!!!"
Cuaca hari itu benar-benar cerah, dan suasana terasa begitu damai. Jauh dari pertarungan tadi, di balik dinding, tepatnya di bawah sebuah pohon, seorang pemuda tampak sedang tertidur. Sampai kemudian, seorang perempuan membangunkannya. "Eren... Eren!! Bangun... Ayo pulang, hari sudah mau gelap."
"Hmm?" perlahan pemuda bernama Eren itu membuka matanya dan kemudian melihat ke arah perempuan itu. "Mikasa... rambutmu... apa tidak terlalu panjang?"
Perempuan bernama Mikasa itu kaget Eren tiba-tiba bertanya seperti itu. Kemudian ia berkata, "Apa tidurmu senyenyak itu sampai-sampai mengatakan yang bukan-bukan saat bangun?"
"Ah, tidurku... kau tahu, aku baru saja mengalami sebuah mimpi panjang yang hebat. Tapi... aku lupa aku mimpi apa. Aku tak bisa mengingatnya." Eren berdiri.
"Eren? Ada apa denganmu??" Mikasa baru sadar setelah memperhatikan baik-baik wajah Eren. "Kau... kenapa menangis??"
Eren secara tak sadar meneteskan air mata. "Huh??" Eren sendiri tak tahu kenapa. "Ah??" Eren mengusapnya, tanpa tahu kenapa air mata itu bisa keluar.
Eren dan Mikasa kemudian kembali ke rumah sambil menggendong kayu bakar. Untuk sampai di rumah, mereka berjalan melewati kota. Dan di sepanjang perjalanan, Eren masih membahas mengenai tangisannya tadi. "Jangan bilang siapa-siapa ya." ucapnya. "Tak ada yang boleh tahu aku menangis. Aku tak mau..."
"Tapi... kau menangis tanpa tahu alasannya, bukankah sebaiknya kau memberitahukannya pada ayahmu?" saran Mikasa.
"Apa kau sudah gila? Mana mungkin aku mengatakannya!"
"Apa yang kau tangisi, Eren?" tanpa mereka sadari seorang petugas penjaga dinding mendengar pembicaraan mereka. "Ha-Hanneth-san..." Eren gelagapan.
"Apa Mikasa memarahimu??" tanya lelaki bernama Hanneth itu.
"Huh!? Mana mungkin aku menangis karena itu? Dan... uuukhh... baumu menyengat sekali!!"
Eren melihat ke belakang lelaki itu, dan tampak beberapa penjaga dinding lainnya sedang minum-minum minuman keras. "Huh? kalian mabuk-mabukkan... lagi?"
"Apa kau mau gabung dengan kami?" ajak Hanneth.
"Lalu... bagaimana dengan pekerjaan kalian?? bukankah kalian sedang bertugas!?"
"Yaah, kami para penjaga dinding memang sedang bertugas..." ucap Hanneth. "Tapi terus berdiam diri di sini tentu saja membuat kami lapar dan haus... Jadi, tak apa kan kalau kami minum-minum sake sedikit..."
"Tapi... kalau kalian mabuk, bagaimana kalian bertarung nanti!?" Eren mulai kesal.
"Bertarung? Bertarung untuk apa??"
Selanjutnya : Shingeki no Kyojin Chapter 1 bagian 2
0 komentar:
Posting Komentar