Home » , » Versi Teks Shingeki no Kyojin Chapter 6

Versi Teks Shingeki no Kyojin Chapter 6

Sebelumnya : Shingeki no Kyojin Chapter 6

Dokter Jaeger, ayah Eren mengecek denyut nadi ibu Mikasa. Namun, sepertinya semua sudah terlambat. Kedua orang tua Mikasa sudah tak bisa tertolong lagi. "Ini buruk. Mereka sudah mati beberapa jam yang lalu." ucap ayah Eren.

"Eren, apa kau melihat gadis kecil di dekat sini?? Apa kau melihat Mikasa??" tanya Dokter Jaeger pada anaknya yang berdiri yang berdiri di pintu. "Tidak, aku tak melihatnya." jawab Eren.

"Begitu ya.. sekarang ayah akan pergi untuk memanggil polisi. Kau tunggulah di sini." pinta ayah Eren. "Apa kau paham?" Eren malah memasang wajah yang aneh.


Di tengah hutan, tampak sebuah pondok kecil sederhana. Dan di sanalah, Mikasa kecil terbaring. Oleh para penculik dan sekaligus pembunuh orang tuanya, Mikasa dibaringkan dalam keadaan terikat di lantai. Mikasa kesakitan, kedinginan, namun ia tak bisa berbuat apa-apa.

"Hmm, aku ragu kalau kita bisa menjual bocah ini." ucap salah satu penculik.
"Lihat wajahnya baik-baik.." ucap yang lain, lalu penculik tadi melihat wajah Mikasa.

"Bagus sih, tapi dia masih anak-anak, bukan tipeku.."
"Tak ada yang bertanya tentang tipemu. Dia adalah orang oriental. Dia adalah keturunan terakhir dari klan yang kabur ke dalam dinding. Kita pasti bisa melelangnya di pasar gelap. Apalagi orang-orang oriental telah banyak yang mati, harganya pasti mahal."

"Tapi ayahnya kelihatannya bukan oriental, dia bukan keturunan murni."
"Benar!! Yang lebih berharga itu ibunya!! Tapi kau sendiri kan yang malah membunuhnya!??"
"A-aku tak punya pilihan lain selain melakukannya!!!"

Saat itu, ketika Mikasa dan keluarganya sedang menunggu kedatangan Dokter Jaeger, seseorang mengetuk pintu. Ayah Mikasa mengira kalau yang datang adalah Dokter Jaeger, namun ketika ia membuka pintu, tiba-tiba perutnya ditusuk.

Yang datang bukanlah ayah Eren, melainkan kawanan penjahat. "Maaf karena kami telah mengganggu.." ucap penjahat dengan santainya setelah membunuh ayah Mikasa. "Baik, jangan coba membuat keributan, atau aku akan membelah kepala kalian!!" penjahat lainnya membawa kapak.

"!!!!" Bukannya takut, ibu Mikasa malah kesal, marah, dan langsung berlari ke arah penjahat sambil membawa pisau. "A-apa-apaan perempuan inI!??" penjahat itu kaget.

"Mikasa!! Cepat lari dari sini!!" teriak ibu Mikasa.
"Ibu.." Mikasa tak tahu harus berbuat apa.

Ibu Mikasa terus melawan, hingga pada akhirnya penjahat itu tak segan-segan dan langsung menyerang pundak si ibu dengan kapak yang dibawanya. Mikasa masih terdiam, bingung dan shock dengan kejadian tiba-tiba yang ia saksikan.

"Apa yang kau lakukan, bodoh!??" bentak rekan penjahat yang membunuh ibu Mikasa. "Sudah kubilang kan, hanya bunuh ayahnya!!!"

"Ta-tapi, dia.."

Akhirnya pilihan terakhir mereka adalah menculik Mikasa. Penjahat itu memukul Mikasa hingga pingsan dan kemudian membawa mereka ke tempatnya, pondok di tengah hutan itu.

"Ibu.." meski terbaring Mikasa masih sadar, hanya saja ia tak tahu harus berbuat apa. "Kemana... kemana aku harus pergi?? Kemanapun aku pergi, aku akan tetap merasa kedinginan.. kalau ibu dan ayah tidak ada.." pikirnya.

"Permisi.." seorang anak tiba-tiba saja membuka pintu pondok itu. dan ternyata, itu adalah Eren. Kedua penjahat itu kaget, lalu salah satu dari mereka langsung menghampiri Eren dan membentak, "Mau apa kau, hah, anak kecil!? Bagaimana kau bisa tahu tempat ini!??"

"I-itu.. aku.. aku tersesat di tengah hutan.. lalu aku menemukan rumah ini.." jelas Eren. Para penjahat tak mau membuatnya curiga, jadi mereka pun berusaha untuk bicara dengan sopan. "Oh, kasihan sekali kau nak, tak seharusnya seorang anak kecil berkeliaran di tengah hutan.."

Penjahat tadi mengelus-elus kepala Eren, yang tanpa ia sadari telah memegang pisau di nalik punggungnya. "Tapi jangan khawatir, aku dan temanku akan mengantarmu pulang.." ucap penjahat itu lagi. Tapi tak lama kemudian, "Terimakasih, tuan.."

Eren langsung menebaskan pisau di tangan kanannya ke leher penjahat. "Matilah kau, penjahat sialan!!" Eren membunuhnya dengan tidak tanggung-tanggung.

"H-huh!??" penjahat satunya yang masih ada di dalam kaget. "A-apa-apaan ini!??" ucapnya. Tapi sebelum sempat mengejar, Eren keluar dan menutup pintu. "T-tunggu!! Jangan kau pikir kau bisa kabur, bocah!!!" si penjahat mengejar, dan ia sudah siap dengan kapak di tangan. Namun ketika membuka pintu, Eren sudah menunggu dan langsung menusuknya dengan pisau yang disambung ke sapu.

Eren menusuk tepat dada penjahat, dan setelah si penjahat rebah, Eren kembali membacoknya, berkali-kali dengan pisau yang dibawanya. "Mati kau binatang!! Mati!!" Eren terus membacok sambil melontarkan makian.

Setelah penjahat benar-benar tewas, Eren menghampiri Mikasa. "Sudah selesai, sekarang kau akan baik-baik saja.." ucap Eren. "Kau pasti Mikasa, kan? Aku Eren, putra Dokter Jaeger, kau sudah pernah bertemu dengannya, kan.." Eren memotong tali yang mengikat tangan Mikasa.

"Tiga orang.." ucap Mikasa. "Mereka ada tiga orang.."
"Huh?" Eren kaget, karena yang ia bunuh hanya dua orang.

Ternyata satunya lagi sedang keluar, dan sebelum Eren sempat memikirkan sesuatu, penjahat ketiga muncul, kaget, dan langsung menendang Eren sebelum ia sempat mengambil pisaunya.

Tubuh kecil Eren terpental hingga membentur tembok. 'Bocah sialan!! Apa kau yang usdah melakukan ini semua!??' penjahat tadi lalu mencekik dan mengangkat tubuh Eren. "Aku tak percaya ini, kau membunuh mereka!?? Mereka itu teman-temanku, bocah kurang ajar!!"

Eren tak bisa melawan, cengkraman orang itu begitu kuat. Sementara, Mikasa hanya duduk, masih shock dengan apa yang ia lihat. "Melawanlah!!" teriak Eren. "Bertarunglah!! Kau dengar aku, kan!??" Eren berusaha untuk terus berteriak meski itu sulit.

"Kalau kita tak bisa menang.. kau akan mati!!"
"Apa yang kau bicarakan, bocah!??" penjahat itu terus mencekiknya.
"Kalau kita menang, kau akan terus hidup!!"
"Jangan banyak bicara, bocah!!!!!!"
"Kau tak bisa menang tanpa bertarung!!"

Mikasa masih shock, meski ada pisau di dekatnya, ia tak bisa melawan. Tapi kemudian, ia teringat akan hal-hal yang telah ia lalui selama ini. Dunia memang kejam. Di tengah indahnya taman, Mikasa melihat seekor belalang dengan kejamnya memangsa kupu-kupu. Mikasa berusaha untuk tidak melihat itu. Tapi tak bisa dipungkiri, dunia memang kejam. Secara tak langsung, manusia bahkan sudah sering membunuh. Membunuh bebek untuk dimakan misalnya. Intinya, dunia memang kejam.

Dari itu semua, Mikasa kemudian mendapat suatu dorongan. Dan ditambah dengan teriakan terus menerus dari Eren untuk melawan, Mikasa tak peduli dengan apa-apa lagi selain bertarung. Mikasa mengambil pisau di dekatnya, lalu dengan cepat berlari dan menusuk penjahat yang mencekik Eren dari belakang.

Dan Batss!! kejadiannya berlangsung begitu cepat. Dan pada akhirnya, ketiga penjahat itu tewas, mati di tangan anak-anak.

Setelahnya, petugas yang ayah Eren panggil sampai dan melihat keadaan di sana. Dan tentu saja, para petugas kaget dengan apa yang mereka lihat. "Ditikam dari belakang, tepat di jantung dengan sekali serangan. Dan ini... pekerjaan anak-anak??" dua petugas itu benar-benar tak habis pikir.

Eren dan Mikasa sendiri sudah ada di luar, bersama dengan ayah Eren. Dokter Jaeger benar-benar khawatir dan kemudian memeluk Eren erat-erat. "Eren!! Sudah ayah bilang kan untuk menunggu!! Apa yang sudah kau lakukan, apa kau sadar dengan itu semua!??"

"Polisi baru datang!! Kalau menunggu, kita akan terlambat!!"
"Eren!! Kau beruntung!! Mempertaruhkan hidupmu semudah itu, itulah yang membuat ayah marah!!"

"Tapi.." Eren menangis. "Aku ingin.. menyelamatkannya secepat mungkin.." ucapnya.

Ayah Eren tak berkata apa-apa lagi pada anaknya dan kemudian menghampiri Mikasa. "Mikasa, kau masih ingat denganku, kan? Kita sering bertemu saat kau masih sangat kecil."

"Dokter Jaeger..
Aku mau pulang.." ucap Mikasa.

"Arah mana yang harus kuambil..?
Dingin... sekarang aku tak punya tempat untuk kembali.."

"Pakailah ini.." tiba-tiba Eren memakaikan shal miliknya pada Mikasa. "Sekarang ini milikmu. Bagaimana, hangat, kan?"

Sejenak Mikasa terdiam, merasakannya, dan kemudian berkata, "Hangat.."

"Mikasa, ikutlah bersama kami." ajak ayah Eren. "Kau sudah melewati banyak hal yang sulit hari ini, kau harus beristirahat." ucapnya. Mikasa masih terdiam. Kemudian, Eren menarik tangannya. "Ayo pulang, ke rumah kita.."

Dari terdiam, Mikasa meneteskan air mata, ia bahagia. "Baik.. ayo.." Mikasa pun ikut. Dan sejak saat itu, Mikasa tinggal dengan keluarga Eren. Mikasa sudah dianggap sebagai keluarga, dan begitu pula Mikasa telah menganggap keluarga Eren sebagai keluarganya sendiri.

Cerita masa lalu berkahir. Dan kini, kembali ke cerita, Mikasa berada di tengah medan pertempuran, di tengah para raksasa. Dengan kekuatannya, Mikasa menebas para raksasa.

"SInyal untuk mundur belum juga dibunyikan, jadi mereka belum selesai mengevakuasi para warga, ya?" pikir Mikasa. Tapi tak lama setelahnya, sinyal berbunyi.

"Itu sinyalnya!! Ayo kita mundur!!" teriak pasukan lainnya. "Mikasa, isi ulang gas mu!!" salah seorang pasukan memberi tabung gas baru pada Mikasa. Mikasa lalu menggunakannya. Namun bukannya, mundur, Mikasa malah menuju barisan depan. "Aku akan pergi membantu evakuasi pasukan di baris depan!!"

"H-hei, Mikasa!!"

Mikasa pergi. "Di dunia ini.. aku masih punya tempat untuk kembali. Eren.. selama kau masih ada, aku bisa melakukan apapun." pikirnya.

Bersambung ke Shingeki no Kyojin Chapter 7
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Rekomik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger