"Siap, pak!!" seru para pasukan pelatihan dengan tangan kanan di dada. Dan setelahnya, merekapun bubar menuju posisi masing-masing. "Uuuhk, kenapa harus hari ini!!?" ucap kesal Jean. "Padahal besok aku sudah tenang-tenang di kota tengah.."
"Hueekkk!!!" salah seorang pasukan pelatihan muntah. Mungkin saking panik dan takutnya. "Apa kau baik-baik saja!?" tanya rekannya. Namun apapun itu, seperti yang tadi dikatakan oleh pembina, kabur atau tak mau melawan berarti hukuman.
"Kalau keadaan menjadi buruk, datanglah padaku." ucap Mikasa pada Eren. "Huh? Apa maksudmu? Kita ada di kelompok yang berbeda, kan?" ucap Eren. "Kalau situasinya memburuk, semuanya tak akan berjalan sesuai rencana. Bagaimanapun, aku akan melindungimu." ucap Mikasa. "Ayolah, apa yang kau bicarakan..."
"Mikasa!" seorang petugas memanggil Mikasa. "Kami membutuhkanmu di barisan belakang, segera menuju posisimu!!"
"Aku hanya akan memperlambat kalian!!" Mikasa ingin berada di kelompok yang sama dengan Eren. Namun, petugas tadi tetap memaksa. "Aku tak butuh pendapatmu. Di saat-saat evakuasi seperti ini, kami butuh pasukan elit sepertmu."
"Ta-tapi..."
"Hei!!" Eren ikut membentak. "Hentikan omong kosongmu ini. Umat manusia sekarang sedang dalam bahaya!! Kau tak berhak memaksakan kehendakmu seperti itu!!"
Sejenak Mikasa terdiam, dan kemudian, "Maaf... aku akan pergi." ucapnya. "Tapi sebelum itu.. Aku punya satu permintaan.. Kumohon... jangan mati.." pinta Mikasa dan kemudian pergi.
"Aku tak akan mati di sini." ucap Eren dalam hati. "Aku masih belum tahu bagaimana dunia luar itu. Buku sejarah yang kami miliki tak menjelaskan apapun mengenai asal mula Titan... Masih ada begitu banyak misteri yang belum diketahui.."
Eren teringat akan masa-masa dulu, saat ia, Armin, Mikasa dan yang lainnya masih dalam pelatihan. Selain praktek, mereka juga mendapat penjelasan teori dari semacam guru. "Semua yang kita ketahui mengenai para Titan berasal dari penjelalahan Scouting Legion. Kita belum tahu apakah Titan bisa berpikir layaknya manusia atau tidak. Karena itu juga, sampai sekarang tak ada cara untuk berkomunikasi dengan mereka. Mereka memiliki struktur tubuh yang berbeda dari mahluk lainnya. Mereka tak memiliki organ seksual, dan cara mereka bereproduksi masih belum diketahui. Tubuh mereka begitu besar, bersuhu tinggi, dan entah kenapa mereka tak tertarik dengan mahluk hidup lain selain manusia."
"Selama satu abad, para Titan mampu bertahan dengan tidak memangsa manusia. Itu berarti, makanan bukanlah prioritas utama mereka. Dan artinya, mereka bukan bertujuan untuk memangsa manusia, melainkan memusnahkan manusia. Lalu, alasan kenapa umat manusia terpojokkan seperti ini, adalah karena mereka memiliki daya tahan yang lebih kuat. Meski kepala mereka berhasil dihancurkan, mereka mampu beregenerasi kembali. Waktu yang diperlukan berbeda antara satu Titan dengan Titan lainnya untuk beregenerasi kembali. Namun yang pasti, tubuh mereka akan kembali utuh seperti sedia kala."
"Mu-mustahil.." murid-murid pelatihan di tempat itu mulai memasang wajah takut. "Ukurannya saja sudah begitu berbahaya..." ucap salah seorang murid. "Instruktur! Apa itu berarti kalau Titan itu tak bisa dibunuh??"
"Tentu saja tidak." ucap Instruktur. Ia kemudian mengambarkan tubuh bagian belakang Titan di papan tulis, kemudian memberi ligkaran di bagian belakang lehernya. "Di sinilah titik lemah mereka. Serang tepat di bagian ini. Jika Titan mendapatkan serangan mematikan di sini, maka mereka tak akan bisa berbuat apa-apa lagi. Untuk bisa mencapai bagian ini, cara terbaik adalah kalian harus mampu menguasai maneuver tiga dimensi dan menggunakan pedang ganda ini. Jika kalian berhasil menembus daging mereka, maka mereka akan berhasil dijatuhkan."
Penjelasan instruktur waktu itu berakhir sampai sana. Kembali ke saat ini, Eren dan Armin tampak tengah berada di atap sebuah dinding, di barisan tengah. "Armin... ini kesempatan yang bagus, kan?" ucap Eren. "Kita masih belum menjadi bagian dari Scouting Legion. Kalau kali ini kita berhasil dengan baik, maka nanti di Scouting Legion pangkat kita akan cepat naik, iya kan?"
"Ya, tentu.." ucap Armin. Dari yang tampak masih gugup dan ragu, Armin menjadi bersemangat kembali. "Hei, kalian berdua, yang akan masuk ke Scouting Legion bukan hanya kalian berdua, tahu.." ucap rekan-rekan lainnya. Di belakang Eren dan Armin, sudah tampak beberapa rekan lain yang diposisikan satu kelompok dengan mereka, Tim Nomor 34.
"Sebelumnya kau memang berhasil selangkah lebih maju dari kami, Eren, tapi kali ini kami tak akan kalah!" ucap Tomas. "Ayo kita bersaing, siapa yang lebih banyak berhasil menjatuhkan Titan, dialah pemenangnya!"
"Tim 34, ayo maju!!" ucap ketua pembina mereka. "Ayo!!!" seru Eren pada rekan-rekannya. Kemudian, merekapun maju menuju pertempuran. Beberapa Titan telah berhasil memasukki kota. Eren dan rekan-rekannya kaget. "Para Titan telah sampai sejauh ini!?"
"Apa pasukan di barisan depan telah berhasil dikalahkan!?"
"Apa yang sedang dilakukan oleh para senior!!?"
"Aku memang sudah memprediksi kalau situasi buruk akan terjadi, tapi tak seburuk ini.." pikir Eren. Namun bagaimanapun, mereka terus melaju menuju arah para Titan. "!!" Eren kaget, tak jauh di depan mereka sesosok Titan tiba-tiba saja melesat ke arah mereka. "Hati-hati!!"
Gbhuuagghhhh!!!!! Titan itu meloncat dan menyergap mereka. Untung saja, reflkes Eren dan yang lainnya mampu menghindar. Eren dan rekan-rekannya telah menyelamatkan diri ke atas sebuah atap sekarang. Namun sayang, Titan tadi berhasil menangkap salah satu dari mereka, yaitu Tomas. lelaki berambut pirang itu kini telah berada di gigitan sang raksasa.
"To-Tomas!!!" teriak Eren. Namun, Titan itu sudah terlanjur menelannya. "Kau!!! Sial!!!!" Eren benar-benar marah dan kemudian melesat ke arah raksasa itu. "Tahan!! Eren!!!" cegat temannya. Namun, Eren terus melesat menuju ke arah Titan tadi. namun secara tiba-tiba, Titan lain melesat dari arah samping.
Selanjutnya : Shingeki no Kyojin Chapter 4 bagian 3
0 komentar:
Posting Komentar