Awalnya hanya ada kelompok Gon, Goreinu, dan para Bomber yang masih dalam keadaan tubuh terikat di padang rumput itu. Tapi setelah Gon memasukkan semua kartu kuncinya ke buku, dan kemudian sebuah pengumuman terdengar, orang-orang berbondong-bondong menuju tempat itu. Pemain-pemain dari berbagai penjuru Greed Island bergerak menuju posisi Gon sekarang berada.
Pemain bertubuh tegap dengan wajah yang dingin, kelompok yang terdiri dari dua lelaki, pemain misterius yang menutupi dirinya dengan jubah, semuanya bertampang mencurigakan. Gon dan yang lainnya was-was, dan bersiap siaga untuk menghadapi kemungkinan terburuknya.
Pasca disembuhkan oleh Archangel's Breath, kondisi Killua dan Gon sedang sangat baik sekarang. Jadi walaupun mereka harus bertarung, itu tak akan menjadi masalah besar. Tapi ternyata, para pemain itu datang dengan maksud baik-baik. "Santai saja, kami ke sini bukan untuk bertarung." ucap salah seorang dari mereka. "Kami malah ingin membantu kalian." lanjut yang lain.
Gon dan teman-temannya masih tidak terlalu mengerti, dan kemudian mereka menjelaskan. "Kalau kami berhasil memperoleh poin tertinggi pada kuis nanti dan kemudian mendapatkan kartunya, kami akan menjualnya seharga dua setengah Milyar pada kalian." ucap lelaki beebaju hitam. "Jumlah itu hanya sekitar lima persen dari total hadiah yang bisa kalian dapat, kan?" lanjut rekan satu timnya.
"Benar juga, mereka masih belum tahu mengenai Battera." pikir Killua. Para pemain memang masih mengira kalau yang bisa menyelesaikan game ini akan mendapat hadiah lima puluh Milyar dari Battera.
"Baiklah, kalau kalian bisa memenangkannya." ucap Killua. Kemudian, Killua bertanya pada pemain lain yang ada di dekatnya, "Apa kau juga merencanakan hal yang sama dengan mereka?"
"Apa? Ah ... ya, bisa dibilang begitu. Sepertinya pemain lain yang datang kemari juga punya rencana yang sama." ucap pemain itu, seorang lelaki bertubuh tegap. Ia kelihatan agak gugup, dan lumayan mencurigakan.
Killua sempat merasa ada yang aneh darinya, tapi kemudian ia tak terlalu mempedulikannya.
"Hmm, jadi target para pemain sekarang adalah kartu terakhir ya." ucap Killua. "Game ini akan segera berakhir, mereka pasti tak mau berhenti tanpa mendapat apa-apa." ucap Biscuit. "Mereka mungkin akan bekerja sama agar bisa mendapat nilai tertinggi. Kita sendiri, apa yang akan kita lakukan?"
"Apa? Tentu saja kita akan saling menjawab sendiri-sendiri." ucap Gon dengan penuh semangat. "Ya! Lalu yang mendapat skor lebih rendah akan kena hukuman." ucap Killua. "Baik, deal!!" mereka berdua begitu bersemangat.
"Luar biasa." pikir Biscuit saat melihat dua anak itu. "Padahal baru saja mereka bertarung dengan mempertaruhkan nyawa, lalu sekarang adalah detik-detik terakhir penyelesaian game ini, tapi mereka tetap bisa tenang seperti itu. DIbanding pemain lain yang ada di game ini, kurasa merekalah yang paling menikmatinya."
Tak lama setelahnya, kuis dimulai. Para pemain bersiap dengan buku penyimpanan mereka. Karena di halaman terakhirnya, terdapat tombol yang nanti akan digunakan untuk memilih jawaban. Entah dari mana, terdengar suara operator membacakan pertanyaan. "Kuisnya akan dimulai. Pertanyaan pertama, tentang kartu nomor 001, One Yard of Forest, siapakah nama lelaki tua yang memberi informasi kunci? A. Hira, B. Hida, C. Hiso, D. Hiyu, E. Hima?"
"Aah, sial, pertanyaan pertama sudah sulit begini." pikir bingung Killua. Para peserta mulai memilih jawabannya sebisa mereka. Sementara itu, tampak Gensuru masih terbaring dengan tubuh terikat, dan termenung. Sampai tiba-tiba, seseorang yang tubuhnya ditutupi oleh jubah misterius menghampirinya.
Orang itu mendekat, menyentuh pundak gensuru dan kemudian berkata, "Aku sudah menangkap bomber."
Tak lama setelahnya, beban orang itupun hilang, dan tanpa berkata apa-apa lagi langsung pergi. Sementara itu, kuis terus berlanjut. Dan singkat cerita, mereka sudah sampai pada pertanyaan terakhir. "Sekarang adalah soal terakhir. Dengarkanlah baik-baik. Apa nama kartu nomor 000?" Dilanjutkan dengan pembacaan pilihan jawaban yang ada.
"Baik, kuis sudah selesai!" ucap operator setelahnya. "Sekarang, saya akan mengumumkan nama peserta yang berhasil memperoleh nilai tertinggi. Poin yang bisa dicapai olehnya adalah 87, dari total 100 yang ada. Nama pemain tersebut adalah ... Selamat, Gon!!!"
Wow, Gon memenangkan kuis tersebut. "Berhasil!!! Sekarang seratus kartu kuncinya sudah lengkap!!" teriak senang Gon. "Yaah, seratus kartu kuncinya sudah terkumpul!!" teriak senang Killua juga, meski ia kalah bersaing dalam menjawab soal.
"Luar biasa. Meskipun kami tak suka kalau kami kalah, tapi selamat ya." ucap pemain lain yang ikut serta dalam kuis tadi. "Ya, terimakasih." ucap Gon.
"Sekarang, kita akan bisa mengetahui rahasia di belakang game ini." ucap Gon ke Killua. "Yaah, tapi huh, memangnya berapa poin ya yang kudapat?" ucap Killua.
Setelahnya, dari kejauhan seekor burung mendekat, sambil membawa sebuah surat. Surat itu diberikan kep-ada Gon, dan kemudian berubah menjadi kartu. Itulah hadiahnya, kartu a Ruler;s Blessing. Di dalam kartu terlangka se-Greed Island itu, tertulis keterangan sebagai berikut : Apakah hadiah bagi penakluk pulau ini? Bawa surat ini ke kota yang ditunjuk. Hanya pemegang surat yang boleh masuk.
"Hmm, kelihatannya hanya satu orang yang boleh pergi." ucap Gon. "Baiklah, kalau begitu aku akan menunggumu di jalan masuk terdekat." ucap Killua. "Hohoho ... Apa yang harus kita lakukan? Yang menyelesaikan game akan memperoleh tiga kartu kan." Biscuit tersenyum, senyum kucing. "Oh, aku lupa tentangt itu." ucap Gon.
Whusss, dari langit dua pemain melesat ke arah mereka. "Eeh, siapa yang datang?" ucap Gon kaget. Killua dan Biscuit juga kaget, dan ternyata yang datang adalah Zelamu bersaudara. Dan kelihatannya, mereka datang dengan niat yang jahat.
"Hehehe, bocah-bocah itu benar-benar mengumpulkan semuanya ya." ucap mereka. "Hei kau, kerjamu sudah selesai, cepat pergi sana!" ucap yang gendut ke pemain yang di awal sempat berbicara dengan Killua. Ternyata, ia hanyalah pemain yang diminta untuk pergi ke tempat Gon agar dua bersaudara itu juga bisa ke sana.
"Yah, bagaimana kalau kita bertarung? Pemenangnya akan memperoleh semua kartu yang dimiliki oleh yang kalah. Kami tak peduli walau harus dua lawan empat dengan kalian." ajak mereka. "Yah, dan sayangnya kalian tak punya pilihan untuk menolak." ucap yang kurus.
Terpaksa, Gonpun menerima tantangan itu. Namun tak perlu waktu lama, dua bersaudara yang cukup disegani itu dihajar hingga babak belur.
"Baiklah, seperti perjanjian, kami akan mengambil kartu kalian." ucap Gon. "Tapi sepertinya salinan Accompany saja sudah cukup." lanjutnya. "Hei, Accompany bukan pilihan yang bagus." ucap Killua, "Kita belum pernah ke kota bernama Reimaro ini sebelumnya."
"Kalau begitu kenapa tidak kita gunakan Drift saja?" saran Biscuit, "Mungkin saja kota selain kota itu sudah pernah kita kunjungi semua." jelasnya. "Ya, kalau begitu aku akan menggunakan Drift, dan kembali lagi kemari kalau sudah sampai di kota itu." ucap Killua. "Lalu, kita bisa pergi bersama ke sana." lanjutnya, dan kemudian Killuapun benar-benar pergi menggunakan Drift.
"Bingo!" Killua benar-benar sampai ke kota yang dimaksud.
Setelahnya Killua kembali, dan kemudian mengajak Gon serta Biscuit pergi ke sana menggunakan Accompany. "Gunakan Accompany, menuju Reimaro!" merekapun melesat.
Di tempat itu, beberapa pemain masih berkumpul, dan beberapa tampak sedang membicarakan kehebatan Gon saat bertarung tadi. "Pukulan kuat macam apa itu tadi, mereka mengalahkan Zelamu bersaudara dengan begitu mudah." ucap salah seorang pemain. "Tentu saja, yang terbaring di belakang mereka itu Bomber lho, mereka saja bisa dikalahkan." ucap yang lain.
Selain pemain-pemain itu, pemain berjubah misterius yang tadi menyentuh Gensuru juga ada di sana. Yah, ia tak lain adalah Abengane, korban Gensuru yang masih selamat. Dan dengan apa yang tadi dilakukannya, ia sudah bersih dari binatang nen yang menghabat waktu bom Gensuru.
"Meskipun mereka jauh lebih kuat dari sebelumnya, dibanding ketua, perbedaan kekuatan mereka masih jauh. Sepertinya mereka menggunakan strategi yang tangguh." pikir lelaki itu. "Tak masalah, kalian memang pantas menyelesaikan game ini." setelahnya ia mengeluarkan kartu dan pergi, "Gunakan Magnetic Force, menuju Kuroro!!"
Yah, Hisoka menggunakan nama Kuroro di game ini. Jadi untuk menuju Hisoka, Abengane menyebut nama Kuroro. "Pertama-tama aku akan kembali, untuk persiapan penghapusan efek nen." pikirnya, yang kini telah sampai di hadapan Hisoka.
Di sisi Gon, ia telah sampai di kota tujuan. Sementara yang lain menunggu di luar, Gon sudah masuk ke bangunan utama. Gon membuka pintu, dan seorang pelayan menyambutnya. "Selamat datang di Ibukota Greed Island." ucap pemuda itu.
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 184
0 komentar:
Posting Komentar