"Huh, baiklah, ayo kita mulai lagi dari awal." ucap pak sutradara. Gohan masih sangat bingung dengan apa yang sedang terjadi. Dan pada akhirnya, ia terpaksa ikut terlibat dalam pembuatan acara itu. "Ini adalah adegan ke-153, adegan Great Saiyaman terbang."
Gohan yang disangka Great Saiyaman gadungan telah berdiri di puncak sebuah gedung. "Sebelumnya, mari kita mulai dengan adegan berpose." ucap sutradara. "Bersiap, action!!"
Gohanpun melakukan pose Great Saiyamannya seperti biasa, lengkap dengan kata-kata panjang lebarnya. Namun tiba-tiba, pak sutradara memotong, "Cut!! Actingmu jelek sekali!!" teriaknya. "Tak ada pahlawan keadilan berpose memalukan seperti itu."
"Tapi kan ..."
"Ayo kita mulai lagi." ucap pak sutradara. Gohan kembali memeragakan pose terbaiknya, namun lagi-lagi lelaki cebol itu memotongnya. "Cut!!!" berkali-kali, terus saja pak sutradara tak puas dengan apa yang Gohan lakukan, padahal ia adalah Great Saiyaman asli. "Aaakh, aku tak tahan lagi!!" bentak pak sutradara. "Huh, langsung saja ke adegan terbang!!"
Sebuah mesin derek telah disiapkan, dan bagian belakang pakaian Gohan sudah digantung dengan kawat. Bagaimanapun, mereka tak tahu kalau itu adalah Great Saiyaman asli. Tubuh Gohan diangkat oleh mesin. Terus naik, hingga sampai di puncak gedung dengan jam raksasa. Gohan kaget, dan baru ingat kalau hari sudah sore. "Aaah, aku harus segera memberitahu semuanya tentang ayah!" ucapnya.
Dan kemudian ...
Whussss, Gohan benar-benar terbang, begitu kuat hingga kawat yang mengikat pakaiannya putus. "Aku sedang buru-buru, jadi aku pergi dulu ya." ucapnya. Sutradara dan para krunya kaget. "Ja-jadi itu asli, ya?"
Singkat cerita, Gohan telah sampai Kame House, tempat Krilin dan yang lainnya tinggal. Gohan sudah memberitahukan berita tentang ayahnya, dan tentu saja Krilin kaget. "Waah, benarkah?? Goku juga akan ikut??" satu yang menarik dari Krilin, rambutnya sudah tumbuh.
"Goku? Sudah lama ya." ucap kakek kura-kura. "Yah, sudah lama sejak Tenkaichi Budokai terakhir. Sepertinya aku juga harus ikut." ucap Krilin. "Yah, tapi kalau kau, Goku, dan Vegeta sudah ikut, sepertinya mustahil aku bisa mendapat juara." lanjutnya. "Ah, pokoknya paman Krilin harus ikut. Hadiahnya ada sampai lima besar." ucap Gohan.
"Berapa hadiahnya?" tanya Android 18 yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah. Sekarang, Krilin sudah menikah dengannya, dan bahkan sudah memiliki seorang anak perempuan.
"Hmm, kalau tidak salah juara pertama mendapat seratus juta, juara kedua lima puluh juta, ketiga tiga puluh, keempat dua puluh juta, dan kelima sepuluh juta yen." jelas Gohan. Mendengar itu, Android 18pun bersemangat. "Kau harus ikut, Krilin!!" bentaknya.
"Aah, seratus juta ..." ucap putri Krilin. "Ayo, kita harus ikut." ucap Android 18. "Papa, ikut, ikutlah!" ucap putri Krilin sambil tersenyum. "Hmm, sepertinya boleh juga." ucap Krilin. "Hmm, sepertinya aku juga ingin ikut." ucap kakek kura-kura. Tapi, kura-kuranya geleng-geleng kepala.
"Oh iya Gohan, jangan bilang-bilang ke Picollo ya, nanti aku kehilangan kesempatan mendapat peringkat lima." bisik Krilin. "A-haha, sepertinya aku tak bisa melakukan itu." ucap Gohan. "Yah ... Ngomong-ngomong, kenapa kau memakai kostum aneh seperti itu?" tanya Krilin.
"Aneh? Ini keren!! Selera paman payah." ucap Gohan dengan penuh percaya diri. Gohan pamitan, dan kemudian pergi ke tujuan berikutnya, yaitu Istana Dewa Langit. Di sana, ia memberitahu Picollo. "Oh, begitu, kedengarannya menarik, aku akan ikut." ucap Picollo. "Lakukan yang terbaik, aku akan mendukung kalian." ucap dewa, Dende.
"Dende, apa kau tak mau ikut saja?" tawar Gohan. "Aku tak bisa ikut. Aku bukan tipe petarung." jawab Dende. Lalu, sama seperti Krilin, Picollo juga membahas pakaian Gohan. "Ngomong-ngomong Gohan, kenapa kau memakai pakaian aneh seperti itu?"
"Apanya yang aneh? Bukankah ini keren." ucap Gohan. "Kurasa tidak." ucap Picollo. "Aku juga." ucap Mr.Popo.
Selanjutnya : Dragon Ball Z Episode 205 bagian 5
0 komentar:
Posting Komentar