Pertarungan antara Gon melawan Gensuru masih terus berlanjut. Dan sejauh ini, Gon hanya bertahan, dan melihat dengan tatapan yang seolah menantang Gensuru untuk mengeluarkan kemampuannya. Awalnya Gensuru merasa kalau ia tak perlu sampai menggunakan kemampuan bombernya hanya untuk melawan Gon. Namun kemudian, ia sadar kalau Gon tak akan mampu dikalahkan semudah itu.
"Inilah satu-satunya cara." pikir Gensuru, "Kalau aku tak menggunakannya, ia tak akan pernah menyerah. Untuk bisa meraih kemenangan, tak masalah apapun yang aku lakukan." Gensuru mulai mengalirkan aura ke tangan kanannya, dan kemudian melesat. "Untuk menang, seseorang harus membuang kebanggaannya."
Batsss!! Dengan begitu cepat, Gensuru telah berada di depan tubuh Gon, kemudian ia mencengkram tangan kiri Gon dan meledakannya. Gon kaget, "Ke-kecepatan yang hebat, aku tak bisa melihat pergerakannya." pikir Gon. "Tapi ... Aku bisa menahannya." Tangan kanan Gon hanya mendapat luka ringan.
"Oh, jadi dia menggunakan Kou." pikir Gensuru. "Seketika saat tanganku mencengkram tangannya, dia mengkonsentrasikan nennya dan kemudian menambah pertahanan. Dalam pertarungan yang temponya secepat tadi, dia mampu berpindah ke mode bertahan dengan sangat cepat, aku benci bocah ini ..."
Gensuru marah, kesal, dan kembali mencoba untuk menyerang. "Musuh lemah seperti ini, menghabiskan banyak waktu, cih!!" Gensuru kembali melesat dan mencengkram tangan Gon. Sama seperti tadi, Gon langsung memindahkan nennya untuk menahan ledakan yang akan Gensuru ciptakan di tangan kirinya. Namun, ternyata itu cuma tipuan. Serangan tadi hanyalah sebuah pengalih perhatian sementara aslinya Gensuru memukul perut Gon dengan dengan tangan kiri.
"Aaarkhhh!!!!" Gon terjatuh, menjerit dan tampak begitu kesakitan. Bagaimanapun, sebagian besar nennya telah ia konsentrasikan untuk bertahan di tangannya yang dicengkram. "Ada apa? Apa perhitunganmu salah, hah?" ucap Gensuru.
"Ukhh ..." Gon masih memegangi perutnya.
"Memindahkan seluruh nenmu saat aku mencengkram tanganmu akan membuat sisi lain tubuhmu lemah. Benar-benar memalukan, kerja kerasmu sia-sia." ucap Gensuru. Tapi kemudian, tak lama setelahnya, Gon kembali bangkit dan tersenyum kecil, "Hehe ..." seolah Gon juga sudah menduganya. "Biskuit memang." pikirnya.
"Huh!!? Aku akan menghajar senyum jelekmu itu!!" Gensuru kembali melesat, mencengkram kali ini tangan kanan Gon dan memukul perutnya menggunakan tangan kanan. Tapi kali ini, Gon tidak jatuh dan bahkan mampu memukul balik. "Mustahil!!" pikir Gensuru, yang untungnya masih mampu menghindar.
"Aku sudah mengenainya dengan pukulan yang keras, harusnya dia tak mampu menyerang!!" pikir Gensuru. "Kalau dia masih mampu bergerak, berarti ia menahan serangan itu. Dia pasti memindahkan kembali nen di tangannya ke tubuh. Apa dia sudah mengira kalau aku tak akan menggunakan peledak? Tidak. Dari wajahnya, aku tahu itu bukan tebakkan." Gensuru bingung.
"Ini ... sama seperti yang Biscuit katakan waktu itu." pikir Gon, dan kemudian teringat akan waktu itu. Flashback ...
"Biscuit, aku ingin menanyakan sesuatu." ucap Gon waktu itu. "Hmm?" Biscuit siap untuk mendengarnya. "Kenapa Gensuru tak merasakan efek dari ledakan yang diciptakannya?" tanya Gon. "Sederhana." ucap Biscuit, "Itu karena ia melapisi tangannya sendiri dengan nen yang lebih kuat saat akan menggunakan peledak." jelasnya. "Ooh, jadi dengan kata lain, dia menggunakan Gyo untuk melindungi tangannya sendiri sebelum ledakkan, ya?" tanya Gon lagi. "Benar, tapi kau hanya akan bisa menggunakan teknik seperti itu jika memiliki nen yang besar."
"Mari kita coba." Biscuit mencengkram tangan kiri Gon, dan dengan cepat Gon melapisi tangannya dengan nen. "Reaksi yang bagus, itu Gyo yang hebat." ucap Biscuit. "Ayo coba lagi." Biscuit melakukan hal yang sama. "Huh?" Gon merasakan sesuatu. "Apa kau bisa merasakan perbedaannya?" "Ya, Biscuit menggunakan nen yang lebih sedikit kali ini." ucap Gon.
"Bagus! Jika kau bisa merasakan perbedaan ini, kau akan bisa bertarung dengan lebih mudah." ucap Biscuit. "Kenapa?" Gon masih belum mengerti. "Ketika Gensuru menggunakan Little Flower, dia akan menggunakan Gyo untuk melapisi tangannya. Jika dia tidak melakukan itu, berarti ia tak akan menggunakan teknik peledaknya." jelas Biscuit. "Oh ..." Gon mulai mengerti.
"Kalau dia menyentuhmu dan kau tidak merasakan Gyo di tangannya, berarti itu hanyalah serangan umpan. Kalau kau bisa merasakannya, kau akan bisa menghindari serangannya dengan lebih mudah."
Flashback berakhir, dan gensuru mulai menyadari ini. "Dia mendeteksi kouku? Ya, pasti begitu. Saat aku hendak menggunakan peledak, aku selalu melapisi tanganku dengan nen. Lalu kenapa? Aku harus menggunakan Gyo untuk menggunakan kemampuanku, kalau begitu ... bagaimana dengan dua tangan?" Gensuru hendak menggunakan peledak di kedua tangannya. Kedua tangan Gensuru masing-masing telah dilapisi oleh nen.
"Akan kukatakan sekali lagi, segala persiapanmu adalah sia-sia." ucap Gensuru. "Meskipun mrngumpulkan nrn mrmbuat seranganku dapat dideteksi, tetap saja ada daya hancurnya. Jika pertahanan nenmu tidak sempurna, dan aku menggunakan peledak di wajah, mulut, atau hidungmu, kau pasti tak akan bisa bertahan."
"Ledakkanku mampu membakar kulitmu, dagingmu, otot-otot, juga sarafmu akan benar-benar hancur. Semakin parah, tubuhmu akan hancur. Dan meskipun dengan ledakkan biasa, kalau aku menyerang kepalamu, otakmu akan mendapat trauma yang hebat. Kalau terkena tubuh, organmu akan keluar, dan tulangmu akan retak. Meski kau menggunakan Gyo untuk bertahan, itu tetap tak akan mampu menahan kekuatanku. Kau akan menderita apa yang tadi kusebutkan. Berikutnya, itu akan tepat seperti apa yang aku katakan. Apa yang bisa kau lakukan?"
Gon masih diam, dan bersiaga. Sementara Gensuru, ia terus saja mengoceh. "Jangan memaksakan dirimu. Aku mengerti keinginanmu untuk bertarung. Tapi dengan bakatmu, kau memiliki banyak kesempatan di masa depan. Apa kau mau mengorbankan segalanya hanya untuk saat ini?" ucap Gensuru. Dalam hati, "Cepat menyerah, bocah sialan."
Sambil diam, Gon juga berpikir. "Kalau dia menggunakan Little Flower dengan kedua tangannya, itu akan jadi sangat berbahaya. Sesuai rencana, aku harus mundur. Aku tak boleh melanjutkan pertarungan. Aku tahu itu. Tapi ... maaf." Gon menatap Gensuru dan kemudian berkata, "Kalau begitu, kau saja yang menyerah, Gensuru!!"
"Bicuit, Killua, maafkan keegoisanku. Tapi, aku sudah menemukan jawabanku." pikir Gon.
"Huh, benar-benar menyebalkan. Benar-benar tindakkan yang percuma." ucap Gensuru. "Kau pikir karena kartu itu, aku tak akan berani membunuhmu, hah? Biarkan aku mengajarimu. Di dunia ini, ada banyak hal yang lebih mengerikan dari kematian. Pertama-tama, aku akan menghancurkan tanganmu. Sebaiknya kau menggunakan Gyo pada tangan yang ingin kau pertahankan."
Perlahan, dengan kedua tangan berlapis kou, Gensuru mendekat. "Setelah itu, aku akan menghancurkan kedua kakimu. SIlakan saja gunakan kou, aku tak akan berhenti menyerang."
"Aku tak takut padamu!! Keluarkan seluruh kemampuanmu!!" teriak Gon.
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 180
0 komentar:
Posting Komentar