Sama seperti Biskuit, Killua juga menggunakan cara yang sama, dan kemudian berpindah tempat bersama dengan lawannya, yaitu Sabu menggunakan Accompany. "Menggunakan Accompany? Kenapa kau ingin bertarung secara terpisah dari teman-temanmu? Aku benar-benar tidak mengerti." ucap Sabu sambil terus mengejar Killua. "Tapi apapun itu, ini juga yang sebenarnya aku inginkan." ucap Sabu lagi.
"Dalam hal kekuatan dan kemampuan bertarung, orang ini lebih lemah dariku." pikir Killua, "Tapi, nenku masih belum terlalu berkembang. Itu akan mempengaruhi serangan dan pertahanan. Aku tak bisa melukainya dengan serangan biasa."
Mereka saling kejar, dan sesekali saling serang dan menghindar. "Ini adalah kesempatan yang bagus, kesempatan bagus untuk melakukan eksperimen." pikir Killua. Dengan musuh yang tidak terlalu kuat itu, Killua akan mampu mengetes teknik-teknik yang selama ini belum pernah dipraktekkannya langsung pada manusia.
Batssss!!! Sabu melancarkan pukulan, pukulan berlapis nen yang cukup hebat. Killua dapat merasakan kekuatan serang pukulan itu, dan untungnya ia mampu menghindarinya. "Seperti dugaanku, aku akan kalah kalau dia berhasil memukulku." pikir Killua, dan ia terus mencoba untuk menghindari serangan-serangan Sabu.
"Pertahanan dengan tanganku sudah mencapai batasnya, ini membuat kepalaku pusing. Aku tak mampu untuk menerimanya secara perlahan." pikir Killua. Dan akhirnya, iapun mengeluarkan tehnik langkah bayangannya. Killua seolah melipat gandakan tubuhnya. Sabu mencoba untuk menyerang, namun yang diseranganya adalah palsu.
"Pilihan yang salah!" ucap Killua yang asli. "Eksperimen pertama, pukulan petir!!" Killua asli menyengat perut Sabu dengan teknik listriknya. "Gaah!!" Sabu terseret beberapa langkah ke belakang. Namun, serangan itu masih belum mampu untuk menjatuhkannya.
"Bocah sialan, apa dia menyembunyikan alat kejut di tangannya?" ucap Sabu kesal.
"Ternyata memang belum cukup untuk mengalahkannya." pikir Killua. "Tapi, aku berhasil menghentikannya untuk beberapa detik." Killua mengambil sesuatu di sakunya, dan bersiap untuk memulai percobaan selanjutnya, "Eksperimen kedua ..."
"Yoyo?" Sabu kaget, karena yang Killua keluarkan tak lain adalah yoyo. Ya, mainan berbentuk lingkaran yang bisa ditarik dan diulur dengan tali itu. "Bersiaplah!!" Killua hendak menggunakannya sebagai senjata.
"Hm? Pasti dia memiliki trik lain di yoyo itu." pikir Sabu. Killua menyerangnya, namun dengan cepat lelaki itu menghindar, dan yoyo Killua malah mengenai pohon di sebelah Sabu. Hebat, batang pohon besar itu hancur saat tertabrak yoyo Killua.
"Apa!!? Yoyonya memotong pohon sebesar itu!? Terbuat dari bahan apa yoyo itu!?" Sabu bertanya-tanya.
"Ini dibuat dari campuran metal yang disebut dengan Aniki." jelas Killua. "Beratnya sekitar lima puluh kilo gram. Kalau kau terkena, pastinya akan sakit." Killua kembali menyerang, beberapa kali hingga yoyonya sempat mengenai Sabu.
"Cih, yoyo itu memiliki kekuatan yang cukup untuk mendorongku ke belakang. Berat dan momentumnya, itu membuatnya menjadi senjata yang kuat. Dalam jarak dekat, dia memiliki alat kejut. Tapi di jarak jauh, dia memiliki yoyo. Bagaimana ini? Pertama, aku akan menyingkirkan yoyo itu. Kalau aku bisa mendekat, alat kejut itu bukan apa-apa. Aku sudah menemukan kelemahannya! Saat aku menyerang, dia agak lengah di bagian kanan." pikir Sabu, dan kembali berdiri.
"Kalau aku mengambil yoyo itu dan membuatnya tak memiliki senjata, kelemahannya akan terungkap."
Batssss!!! Sabu melempar sebuah batu, tepat mengenai yoyo Killua hingga yoyo tersebut lepas dan terpental cukup jauh. "Ini kesempatanku!!" pikir Sabu dan melesat maju, "Rasakan pukulanku!!"
Killua memasang pertahanan. Namun di saat yang sama, seperti apa yang Sabu duga, Killua memperkecil penjagaannya pada bagian kanan tubuhnya. "Ini dia!"
Buakkk!!! Pukulan tadi hanya umpan. Sabu menyerang rusuk bagian kanan Killua dengan tendangan yang keras. "Ukhhh!!" Killua terlempar. "Sempurna, tulang rusuknya pasti patah!" ucap Sabu. Tapi tiba-tiba, Buakkk!!! Sebuah yoyo mengenai bagian belakang kepalanya.
"Ah, aku lupa memberitahu kalau aku punya dua yoyo ya?" ucap Killua. Sabu jatuh, dan kesadarannya mulai kabur. Bagaimanapun, ia diserang secara mendadak tepat di bagian belakang kepala. "Wah-wah, masih sadar ya, tapi apa kau masih bisa menerima serangan seperti itu lagi?" ucap Killua, ia mendekat ke tubuh Sabu.
"Kau ... Barusan ... Jadi kau telah mengantisipasi serangan terakhirku itu ya?"
"Ya." ucap Killua. "Saat kau menendang, kau selalu mengangkat lenganmu ke sisi lain, yang membuat itu menjadi titik butamu." jelas Killua. Saat Sabu menendang dengan kaki kiri, ia mengangkat tangan kanannya hingga membuat pandangannya ke samping buta. Killua memanpaatkan hal tersebut untuk melancarkan serangan yoyonya.
"Dia menggunakan titik buta itu untuk menyerangku dengan yoyo!?" pikir kaget Sabu. Kemudian dengan langkah yang mulai gemetar kurang seimbang, Sabu kembali mencoba untuk bangun dan bertanya, "Lalu, kelemahanmu itu?"
"Ah, itu hanya umpan suapaya kau menendangku." ucap Killua. "Lalu, kehilangan yoyo yang pertama itu juga?" tanya Sabu lagi. "Ya, karena aku tahu kau pasti akan mencoba melempar sesuatu padaku." ucap Killua.
"Kau menggunakan Accompany untuk meninggalkan teman-temanmu, jadi itu supaya bisa memastikan aku bisa melawanmu satu lawan satu, dan membuatku lengah dengan sekelilingku. Bocah ini ... Sulit dipercaya, berhasil membuat tiga perangkap dalam waktu yang singkat ..."
"Hanya tiga? Kau bercanda ya?" Di tangan Killua sudah ada dua yoyo lagi. "Setiap gerakan adalah bagian dari perangkap ini." Killua menggunakan keduanya untuk menyerang, dan ditambah dengan aliran listrik, serangan itu membuat Sabu tak sadarkan diri, tak mampu berkutik lagi.
"Hasil eksperimen, semuanya sukses." ucap Killua. Pertarungannya berakhir, dan teknik yang ia kembangkan dapat dibilang sudah memenuhi standar pertarungan.
Sementara itu di sisi Gon, ia masih terus mencoba untuk bertahan dari serangan-serangan Genuru. Gon benar-benar tak tahu cara untuk mengalah. "Ayolah, sudah waktunya bagimu untuk menyerah, kau tak akan bisa menang." ucap Gensuru. Namun tetap, Gon tak mau menyerah, "Aku masih belum kalah." ucapnya.
"CIh ..." Gensuru mulai kesal. "Baiklah, akan kutarik kata-kataku sebelumnya, kau kuat." Gensuru bersiap untuk menggunakan tekniknya, "Akan kubuat kau merasakan kekuatanku." ucap Gensuru.
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 179
0 komentar:
Posting Komentar