Di luar sana, tampak Titan misterius itu masih sibuk menghadapi sesama jenisnya. Sementara di dalam gedung, pasukan masih memperdebatkan rencana untuk memanfaatkan Titan tersebut. Namun sebisa mungkin, Mikasa mencoba untuk meyakinkan mereka. "Tenang saja. Kekuatan Titan itu diatas rata rata. Selama dia mengamuk, Titan lainnya takkan bisa menguasai markas" ucapnya.
"Sejauh mana kau mengenal Titan itu??" beberapa masih ragu. "Sebaiknya kita membahas ini setelah kita semua selamat." ucap Connie. "Benar juga. Menyelamatkan diri, itulah hal pertama yang harus kita pikirkan." ucap Reiner.
"Kami menemukannya!!" Jean dan rekan-rekannya muncul sambil membawa kotak-kotak berisi senjata. "Ini adalah pasokan Polisi Militer, meski sedikit ditutupi debu tapi kurasa masih layak untuk digunakan." ucapnya.
"Apakah dengan senjata ini saja cukup??"
"Apakah senjata ini berguna untuk melawan Titan??"
"Ini lebih baik dari pada tidak sama sekali."
"Di gudang persediaan gas masih ada Titan kelas tiga atau empat meter, mungkin kita bisa membutakan mata mereka sekaligus dengan senjata ini." ucap Armin. Armin hendak membuat strategi.
"Pertama-tama, kita akan gunakan lift untuk menurunkan beberapa orang ke tengah ruangan. Selanjutnya, kalian akan menembak langsung ke arah mata tujuh Titan secara bersamaan hingga membuat mereka buta."
"Gerakan selanjutnya kemudian akan menjadi penentu rencana ini." ucap Armin lagi. "Sementara mereka buta, tujuh orang yang bersembunyi akan menyerang titik lemah mereka dari belakang. Dengan kata lain... jika kita ikuti strategi ini, kita akan mempertaruhkan segalanya pada serangan tunggal."
"Inti serangannya ada pada tujuh orang yang akan membunuh tujuh Titan secara bersamaan. Ketujuh orang itu harus mempunyai kemampuan fisik yang hebat. Kalian akan menaggung kehidupan semua orang."
"Siapapun yang melakukannya, risikonya sama, kan? Kalau gagal, kita semua mati." ucap Annie. "Ya.." ucap Armin. "Tapi... apakah kalian percaya pada rencana yang kubuat ini??" Armin sendiri tak percaya dengan rencananya sendiri.
"Kita tak punya rencana lain selain rencanamu." ucap Marco. "Kita tak punya waktu untuk berfikir. Kita harus melakukan yang terbaik!!"
"Tenanglah Armin, percayalah pada dirimu sendiri." ucap Mikasa. "Armin, kau punya bakat untuk merencanakan semua ini, bakat yang dulu telah menyelamatkan nyawaku dan Eren juga."
"Begitukah? Kapan??" Armin tak ingat sama sekali. Dan belum sempat membahasnya, pasukan sudah siap untuk melakukan rencana. "Liftnya sudah siap! Senjatanya juga semuanya sudah terisi!!"
"Kau hanya belum menyadarinya, nanti aku akan memberitahumu." ucap Mikasa sambil bergegas. "Baik.." ucap Armin. Ia juga bersiap pada posisi. Armin dan yang lainnya akan menjadi penembak, sementara Mikasa dan pasukan-pasukan elit lainnya akan menjadi orang yang menebas para Titan dari belakang setelah mereka dibuat buta.
"Tapi apa benar kita bisa membunuh Titan tanpa menggunakan maneuver tiga dimensi??"
"Tentu saja kita bisa!! Kita hanya melawan Titan kelas tiga atau empat meter, mudah saja menyerang titik lemah mereka!!" ucap Reiner.
"Tak peduli ukuran Titannya, titik lemahnya tetap saja di lehernya." ucap Jean.
"Atau cukup tebas pantatnya, itu adalah titik lemah kedua mereka." ucap Reiner. "Apa?! Aku belum pernah mendengar informasi itu sebelumnya!!" ucap Connie. "Aku juga baru pertama kali mendengar hal itu." ucap Shasha. "Reiner, jangan bercanda, itu mungkin saja akan menjadi kata-kata terakhirmu." ucap Jean.
Mereka kini telah bersiap pada posisi. Para penembak yang berada di lift, serta penebas di lantai atas Titan. "Tenang saja, semua baik-baik saja, Titannya masih bertujuh."
"Kalau begitu, ayo lakukan rencananya!"
"!!!!" salah seorang Titan tiba-tiba saja bergerak mendekati kerumunan yang ada di lift. "Tenanglah!! pancing mereka supaya lebih dekat lagi!!" Marco tak mau buru-buru dan menunggu waktu dan jarak yang benar-benar tepat.
"Tahan!! Tunggu.. tunggu... kita tak boleh membuat kesalahan.. tunggu... bersiap... sekarang! Tembak!!" akhirnya tembakkan dilesatkan, tepat ke arah mata para Titan yang mendekat. Akhirnya, para Titan pun buta.
Sebelum mereka sempat beregenerasi, serempak pasukan penebas melesat. "Hindari pertarungan jika kalian berada pada posisi yang tidak diuntungkan, usahakan untuk tidak ada korban, selesaikan ini dalam satu tebasan!!"
Batsss!!! Mikasa berhasil menebas targetnya. Begitu pula dengan yang lain. Namun naas, tebasan Connie dan Sasha meleset. "Sasha!! Connie!?? Cepat selamatkan mereka!!"
"Maafkan aku..." ucap Shasha ke arah Titan. "yang tiba tiba... menyerangmu... dari belakang..." Shasha benar-benar ketakutan saat itu. "Aku benar-benar minta maaf!!" ucapnya lagi. Tapi tentu saja, Titan tak peduli dan tetap menyerang. Untung saja, Mikasa cepat dan berhasil menjatuhkan Titan itu sebelum berbuat lebih jauh.
"Mikasa!! Kau menyelamatkanku!!"
"Apa kau terluka??"
"Aku selamat, terima kasih!!"
"Sekarang! Berdirilah!!" ucap Mikasa.
Selanjutnya : Shingeki no Kyojin Chapter 9 bagian 2
0 komentar:
Posting Komentar