Miki ambruk, dan semangatnya tadi menghilang entah kemana. "Lihat, hatimu kalah dengan sangat mudah." ucap Kiriya. "Lihat kemana kau, hah??" tanya Oga.
"Huh??" Kiriya kaget. Dan ternyata, Miki tak ambruk dan terbaring begitu saja, melainkan ia kini mencengkram kaki Kiriya, berusaha untuk mengangkatnya. "K-kau!! Anak sialan!!!" Kiriya benar-benar kesal. "Sudah kubilang kan... kembalikan jimatku!!!!" setelah berusaha dengan keras, akhirnya Miki mampu mendapatkan jimatnya kembali.
"!!!" Kiriya hendak menyerang kembali dengan kukunya. Namun kali ini, Oga cepat dan memegangi tangannya. Kiriya tak bisa bergerak, cengkraman tangan Oga begitu kuat. Dan tak hanya sekedar mencengkram, Oga juga hendak menggunakan kuku-kuku tajam itu untuk menyerang wajah pemiliknya sendiri.
"Tadi kau bilang... tajam, kan??" Oga menaruh tangan Kiriya di wajahnya, dan bersiap untuk menggesekkan kukunya di sana. "Ti-tidak, maksudku.." Kiriya mulai ketakutan. Namun pada akhirnya, Oga benar-benar melakukannya.
"Gyaaaahhh!!!!!!!!!" Kiriya berteriak, begitu keras hingga mungkin terdengar sampai ke luar gedung. Sementara Oga, ia hanya bisa berkata, "Ah, benar-benar tajam ternyata.."
Hari itu kemudian berlalu. Lalu di sekolah, Miki, Oga, dan Furuichi kembali berkumpul. Miki menceritakan mengenai jimat yang waktu itu berusaha ia dapatkan dengan sekuat tenaga. "Jimat ini.. adalah benda yang diberikan oleh ayahku. Orang tuaku bercerai, dan aku akan tinggal bersama ibuku."
"Lalu ngomong-ngomong, apa lukamu itu baik-baik saja??" tanya Furuichi. "Ya.." jawab Miki. Bekas cakaran Kiriya masih ada di pipi Miki. Meski ia sudah menambalnya, dan berkata kalau ia baik-baik saja, tetap saja bekasnya berbekas bahkan sampai sekarang.
"Ibuku pasti akan marah karena ini. Tapi.. aku senang." ucap Miki. "Senang??" Furuichi tak mengerti. Miki senang karena waktu itu, Oga berkata padanya, "Kau punya keberanian." dan itu membuat Miki seolah merasa kalau dirinya adalah orang pertama yang Oga akui.
"Kau ini aneh ya.." ucap Furuichi.
"Hahaha.." Miki hanya tertawa.
Miki merasa kalau dirinya adalah orang pertama yang Oga akui. Tapi kemudian, Miki sadar kalau ia salah. Suatu hari, ia mendengar kabar kalau Kiriya dan anak buahnya membuat pembalasan terhadap Oga.
"Apa kau mendengarnya?? tentang anak-anak dari SMA Mano itu.."
"Ya, mereka membuat urusan dengan Oga, kan?? Aku sudah mendengarnya."
"Ini pembalasan dari kelompok Kiriya, kan??"
"Katanya mereka itu keras kepala seperti ular."
"Oga menjadi target sekitar lima puluh orang tiap harinya."
"Menakutkan... tapi, Oga tetap saja Oga."
"Ya, dia pasti bisa menyelesakan itu semua."
Setelah mendengar itu, Miki kemudian menemui Oga. "Oga-kun!!"
"Ke-kenapa kau tidak memberitahuku!??" tanya Miki. "Kau diburu oleh mereka karena ulahku, kan!?? Ayo kita lakukan ini sama-sama!! Aku kita bertarung bersama-sama!!" ucap Miki.
Tapi kemudian, sambil tersenyum, Oga malah berkata, "Kau ini siapa, ya?" seolah sudah lupa dengan apa yang terjadi.
Miki berpikir kalau Oga sebenarnya hanya ingin melindunginya. Lagipula kalau ia terus bersama dengan Oga, ia hanya akan menjadi beban. Oga berpura-pura mengganggap Miki sebagai orang asing, agar dia jauh dari bahaya. Itu adalah keramahan Oga. Itulah yang Miki pikirkan.
"Tapi, apa benar akan baik-baik saja kalau terus seperti ini?" pikir Miki. "Tinggal beberapa hari tersisa sampai aku pindah. Kalau terus berpura-pura tak terjadi sesuatu, dan membiarkan Oga terus bertarung sendirian, berpisah dengan cara seperti ini..."
"Hei lihat!!!" murid-murid tiba-tiba saja ribut dan berlari menuju jendela.
"Murid-murid SMA Mano!! Mereka datang untuk menyerang!!"
"Kiriya datang, dan tak cuma seorang diri!!!"
"Dia juga memanggil murid-murid SMA lainnya!!"
"Bukankah itu seperti Yakuza!??"
"Oga!!!!!!!!!!!! Keluar kau!!!!!!!!!!!" terdengar teriakan keras dari luar memanggil nama Oga. Di luar gedung sekolah, sudah tampak begitu banyak murid preman yang diketuai oleh Kirya.
"Whaa... mereka benar-benar serius untuk mencari Oga.."
"Ada apa ini sebenarnya!??" murid-murid hanya melihat dari jendela.
"Itu Oga!!!!" tampak Oga sudah keluar.
"Dia... sendirian!!!??" Mik kaget dan kemudian berlari menuju lantai bawah. "Miki!??" teman-temannya kaget.
"Tunggu, Oga-kun!! Meski aku hanya akan menjadi beban, aku akan tetap bertarung bersamamu!!" pikirnya. Miki berlari menuju tempat Oga. Namun ketika ia sampai, Oga malah meninjunya hingga terpental.
"Kenapa kau terus saja bersikap sok kenal begitu denganku, hah?" ucap Oga. "Sudah kubilang aku tidak mengenalmu sama sekali. Pergi sana!! Dasar lemah!!" Oga bahkan menendangnya. Oga kemudian menuju ke kerumunan preman di depannya, meninggalkan Miki yang terbaring luka di atas tanah.
Dan begitulah, begitulah cara Miki berpisah dengan sosok yang pernah dihormatinya itu, Oga.
Bersambung ke Beelzebub Chapter 67
0 komentar:
Posting Komentar