"Kau tak punya keinginan untuk menyembunyikan jati dirimu sama sekali!! Sejak awal, kau begitu aneh!!" bentak Fuyumi. "Benarkah?? Tapi tak ada yang tahu kalau kita ini iblis, kan??" ucap Staz. "Iya sih, tapi kan..."
"O-oh iya, meski aku sudah mengantarmu ke sekolahku, tapi aku tak bisa mengajakmu lebih jauh lagi dari ini." ucap Fuyumi. "Kumohon bersabarlah. Kalau Staz-kun ikut masuk, itu hanya akan menimbulkan masalah." jelasnya. Namun, anak itu tetap masuk.
"Hallo semuanya, aku bukan orang yang mencurigakan.." ucap Staz ke orang-orang sambil menyemprot wajah mereka.
Setelahnya, kehidupan normal Fuyumi kembali berlanjut. Kelasnya yang biasa, mejanya yang biasa, pelajaran yang biasa, meski dia sudah bukan manusia biasa lagi. Dan Staz, dengan semprotannya ia mempengaruhi teman-teman Fuyumi hingga mereka semua menganggap Fuyumi dan Staz sebagaimana yang lainya, manusia biasa.
Di kelas, Fuyumi hanya duduk murung. Ia tak membawa buku pelajaran, buku catatan, ataupun sekedar pensil sekalipun. "Apa benar ini akan baik-baik saja??" pikirnya.
Hingga kelas berakhir, Fuyumi masih tampak murung di tempat duduknya. Sampai kemudian, dua siswi tiba-tiba saja menghampirinya. "Yanagi-san!!" sapa salah seorang dari mereka.
"Apa yang terjadi denganmu kemarin?? Kok nggak sekolah??"
"Sanada, itu.." Fuyumi tak tahu bagaimana harus menjelaskannya.
"Hei hei, kemarin Yanagi-san sekolah, kan??" ucap siswi yang satunya. "Eh?? Sekolah ya??" Sanada bingung. "Iya, kan? Jangan bilang kau lupa. Sampai-sampai, pulang sekolah kita mampir ke rumahnya untuk minum teh, kan??"
"Ah iya, sekarang aku ingat.." ucap Sanada.
"Kapan aku minum teh dengan mereka??" pikir Fuyumi. Dan kemudian, dia merasakan ada yang janggal. kehadirannya sebagai arwah seolah diabaikan, dan Fuyumi merasa kalau telah ada gambaran lain dirinya yang bersama dengan teman-temannya.
Semakin memikirkannya, semakin Fuyumi merasa sendirian. Fuyumi semakin merasa kalau ini bukanlah dunianya lagi. "Apa sekarang... aku sudah benar-benar menjadi iblis.." pikirnya.
Fuyumi terus merasa seperti itu hingga tiba-tiba ia suatu suara memecahkan lamunannya. "Apa sudah cukup bersenang-senangnya??" ucap suara itu. Ia adalah Staz. Staz jongkok di atas meja Fuyumi dan menyapanya.
Fuyumi menangis. Staz bingung. "Kenapa kau malah menangis??" ucapnya. "I-ini sudah terlalu juga.." ucap Fuyumi. "kenapa... kenapa harus seperti ini?? pertama ayah, lalu teman-teman juga..." Fuyumi masih berusaha untuk mengusap air matanya.
"Pertama-tama, aku berpikir kalau aku menjelaskannya, mereka semua akan mengerti. Hiks, tapi... Staz-kun datang dan kemudian ikut campur.."
"Menjelaskan, dan kemudian mereka akan mengerti?? Bagaimana caramu menjelaskannya?? Aku tiba-tiba saja sampai di dunia iblis, mati, dan kemudian menjadi hantu. Serius kau ingin mengatakan hal seperti itu??"
"Kau terlalu naif.." ucap Staz lagi. "Kau harus ingat dengan statusmu sekarang, kau itu sudah menjadi hantu." lanjutnya. Air mata Fuyumi masih menggenang di matanya. "Kalaupun harus seperti itu... tak perlu sampai harus melibatkan orang lain, kan... kumohon kembalikan orang-orang seperti semula, kumohon... aku sudah siap dengan segala resikonya..." pinta Fuyumi.
"Kalau rasanya sama saja dengan aku tak ada di sini, lalu kenapa aku tak menghilang sepenuhnya saja??"
"Yah, kakimu sudah mulai menghilang.." ucap Staz.
"Apa yang kau bicarakan? Aku serius!!!" ucap Fuyumi.
"Kau pikir aku bercanda? Lihat, sampai-sampai tanganmu juga.."
Fuyumi baru menyadarinya. secara perlahan, dari bawah, tubuhnya mulai menghilang. "Ke-kenapa ini!!??" Fuyumi kaget dan benar-benar tak mengerti. "Masih belum mengerti juga ya, iblis kelas rendah??" ucap Staz.
"Tanpa sumber energi khusus, tak mungkin arwah bisa bertahan selamanya di dunia manusia. Karena itulah, waktu itu kita melakukan pengecekkan."
"Ta-tapi kau bilang tak akan ada masalah kalau aku datang kemari!!"
"Yah, tapi aku bilang kan kalau sulit untuk bisa bertahan lama di dunia manusia??"
"Ta-tapi apa ini tidak terlalu cepat!???" ucap Fuyumi.
"Memangnya kenapa? Kau ingin menghilang sepenuhnya, kan? Nah, kalau begitu kebetulan.." ucap Staz. "E-Eh!! Tunggu sebentar!! Tadi itu aku tidak serius.." ucap Fuyumi.
"Jadi, kau tak ingin menghilang??"
"Ya, begitulah.."
"Aku juga." ucap Staz. "Aku tak ingin terus membullymu. Karena itulah, aku akan melakukannya." Staz menggigit jempol kanannya. "Saat ini, tubuhmu tak mampu bertahan di dunia manusia. Jadi, mustahil bagimu untuk terus melakukan aktivitas normalmu. Tapi, aku punya cara untuk setidaknya membuatmu bisa bertahan untuk sementara waktu."
"Lalu, saat dirimu sudah berhasil dihidupkan kembali nanti, kau bisa kembali ke dunia ini. Dan, tak akan ada seorangpun yang ingat kalau kau pernah mati." Stas menjulurkan jempolnya yang meneteskan darah.
Selanjutnya : Blood Lad Chapter 3 bagian 3
0 komentar:
Posting Komentar