"Itu adalah... pertama kalinya kita bertemu." jelas ibu Beru. Beru dan Fuyumi semakin kaget saja, termasuk juga Neru dan Staz. Beru dan Fuyumi sama-sama menunjuk diri mereka sendiri, seolah ingin berkata, "Kami?? serius??"
"Satu Doppelgänger berada di dunia manusia, sementara satunya lagi berada di dunia iblis. Saat mereka berdua bertemu, mereka tak akan menjadi dua orang yang berbeda lagi. Mereka akan menyatu menjadi satu orang. Pikiran dari dunia manusia dan dunia iblis menyatu, serta aku menjadi ibu dari anak di dunia manusia dan dunia iblis di waktu yang bersamaan."
"Beru... Fuyumi..." saat itu ibu mereka berdua menyatu.
"Kalau begitu berarti kami..."
"Saudara??" ucap Fuyumi.
"Dan itulah apa yang telah terjadi." ibu mereka menutup albumnya. "Baiklah, ceritanya bersambung sampai sini dan akan mama lanjutkan besok."
"Eehhh!!!??? Kenapa!??"
"Menghentikan cerita seenaknya di sini setelah membuat kata-kata dramatis begitu?? Kau pasti sudah gila, kan!??" ucap Beru. "Anu.. umm.. tunggu..." ucap Fuyumi. Mereka sama-sama kaget, tapi aura mereka benar-benar berlawanan.
"Haha, reaksi kalian benar-benar berbeda satu sama lain." ucap ibu mereka. "Sekarang, kenapa kelihatannya familiar sekali ya... ah, aku akan menceritakan cerita tentang dua ayah besok." ucapnya lagi dan kemudian benar-benar pergi. "Tu-tunggu!!"
"Sampai saat itu klian bersantailah, aku akan kembali lagi.."
"Aku akan kembali lagi apanya.." gerutu Beru. Sekarang, mereka berempat masih diam di ruangan itu, masih bertanya-tanya dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Sudah lama sekali aku tak melihat mama seceria hari ini.." ucap Neru.
"Dan aku tak pernah menyangka kalau aku akan punya dua kakak. Dan meski kalian berdua orang yang benar-benar berbeda, tapi kalian berdua tetap mewarisi hal yang sama dari mama.."
"Lihat apa kau hah,!? dasar mesum!!!" teriak Beru.
"Hei, jangan menendangku begitu!!"
"Hmm.." Staz masih kepikiran akan sesuatu. "Jadi perasaan tadi itu sama karena dia juga memiliki darah yang sama dengan Fuyumi? Ya, pasti begitu. Tapi, ada yang aneh. Apa karena dia itu setengah iblis?? Apa karena itu daya tariknya lebih rendah dari Fuyumi?? Tidak, pasti tak sesederhana itu. Kalau itu karena sesuatu yang Fuyumi miliki, maka..."
Staz pun memberanikan diri untuk bertanya, "Fuyumi, apa jangan-jangan kau... masih virgin??"
Seketika itu juga Beru menggunakan sihir dimensinya untuk membuang Staz ke laut. Bukan, tak separah itu, namun membuangnya ke suatu pulau yang keberadaannya terasingkan.
"Huh, serius, kenapa sih semua orang bersikap seperti ini.." ucap Beru kesal. Sementara, Neru masih merintih kesakitan akibat selangkangannya ditendang.
"Apa kau baik-baik saja, Fuyumi??"
"Y-ya, aku tak terluka sama sekali." ucap Fuyumi.
"Bukan begitu maksudku.." ucap Beru.
"Yang kumaksud adalah tentang kita, dan juga mama.." ucap Beru. Dalam hati, "Jadi ini apa yang Braz bicarakan?? Rasanya ini seperti mimpi, tapi bagaimanapun, Fuyumi adalah saudaraku yang berharga.."
"Y-ya.." ucap Fuyumi. "Kalau boleh jujur, ini sedikit terlalu tiba-tib bagiku. Tapi, semua memang selalu seperti itu sejak pertama aku sampai di dunia iblis ini.." lanjutnya. "Aku juga.. tak pernah menyangka kalau dia itu mamaku. Banyak hal telah terjadi, aku tak tahu apa yang harus kulakukan.."
"Tenang saja, kau akan melupakan semua ini saat kau dihidupkan kembali nanti.." Beru berusaha untuk menyemangati saudarinya.
"Maksudku, mengenai perasaan-perasaan yang seperti itu, akan lebih baik kalau kau tak terlalu mempedulikannya dan terus melangkah maju." ucap Beru.
"Aah.. mereka benar-benar telah jatuh ke perangkap mama.." pikir Neru, yang masih terbaring di lantai setelah tadi ditendang oleh kakak perempuannya sendiri. "Kakak-kakak sudah mulai akrab. Menceritakan ceritanya sedikit demi sedikit akan memakan beberapa hari untuk menyelesaikannya. Setidaknya, mereka secara perlahan akan kehilangan kesepatan untuk kembali. Dan meskipun mereka tak menginginkannya, mereka akan kehilangan kesempatan. bahkan pembangkitan itu akan... ah, aku tak peduli. Dua kakak perempuan, huh?"
Di tempatnya, kini Staz hanya bisa berbaring sambil melihat ke arah awan sambil melamun. "Untuk bisa menghisap darah manusia Fuyumi, apa benar semua ini hanya untuk itu?? Dan lagi.. tempat macam apa ini, hah???"
"Yah, apapun itu tak masalah. Tujuanku masih belum berubah." ucap Staz dalam hati dan kemudian mulai menutup matanya. Tidur. Sementara itu di sisi sang ibu, ia sedang berada di sebuah ruangan yang di depannya terdapat komputer besar, semacam ruang pengawasan.
Lalu dengan senyum yang necurigakan, dan sambil meneguk secangkir minuman entah itu teh ataupun kopi, dia berkata. "Menghidupkan kembali Fuyumi?? Hal semacam itu mustahil, Staz. Kau akan segera mengerti kenapa itu mustahil.."
Bersambung ke Blood Lad Chapter 28
0 komentar:
Posting Komentar