Bruakkk!!! monster dari kemarahan Goyle menabrak Braz hingga ia tergelincir, kemudian jatuh bebas menuju jauh ke bawah sana. "Ah... bodoh!!! Jangan langsung mendorongnya begitu!! Di bawah tepat jalan utama.." ucap Goyle pada monsternya.
Gbruakkk!!! kesunyian kota di bawah bukit tempat istana sang raja tiba-tiba saja terusik saat mendengar sesuatu jatuh. Ya, Braz jatuh di atap rumah seseorang. Seorang perempuan, tepat di kamarnya.
Perempuan itu tentu saja kaget, tiba-tiba saja lelaki terjatuh dari langit. Saking kagetnya ia sampai tak bisa berkata apa-apa, dan Braz dengan santainya malah bangun dan hanya berkata, "Maafkan aku, nona, aku benar-benar menyesal karena telah menghancurkan tempatmu. Aku akan membayar ganti ruginya nanti."
Braz bahkan mengambil secangkir teh di tangan perempuan itu, meneguknya, kemudian menaruhnya kembali, lalu pergi.
"Tadi itu teh yang enak, kau pasti menambahkan bahan-bahan tertentu saat membuatnya. Dan oh iya, apa ini ponselmu?? Aku pinjam sebentar ya.."
Braz lalu menelpon adik perempuannya, yang saat ini sedang berada di kamarnya, bermain puzzle jigsaw. "Halo??" Liz mengangkat teleponnya. "Liz? ini aku.." ucap Braz. "Kakak??"
"Dimana kau sekarang??"
"Aku sedang di rumah, main puzzle.."
"Gadis baik..."
"Sebenarnya, kakak sedang dikejar-kejar.."
"Eeh??" Liz kaget.
"Kakak tak punya banyak waktu, jadi kakak akan langsung saja. Ambil kapakmu dan kemudian datang ke jalan utama dalam tiga puluh menit. Tunggu kakak di depan pedagang es krim favoritmu, oke??"
"Y-yah, aku mengerti!!" ucap Liz.
"Kakak butuh tempat untuk bersembunyi, jadi cepatlah. Kakak mengandalkanmu, Liz."
Braz saat ini telah berada di keramaian. Sementara itu, Goyle dan monsternya masih terus mengejar. "Braz!! Sial, kemana dia pergi?? Percuma saja kau bersembunyi!!" teriaknya.
"Tiga puluh meit, dalam waktu segitu harusnya kekuatan sihirku sudah lumayan pulih." pikir Braz. Ia kemudian masuk ke sebuah toilet melewati jendela kecil yang ada, hingga membuat kaget seseorang yang sedang buang air kecil.
"Si-siapa kau, hah!??" ucap kaget orang itu. Atau mungkin lebih tepatnya, iblis itu.
"Maaf, aku hanya tak bisa menahannya." ucap Braz. "Walau begitu, kau tak harus sampai masuk lewat jendela kan.." ucap iblis yang sedang kencing. "Apa kau sudah selesai??" tanya Braz. "Ya, gara-gara kau.." ucapnya.
"Baguslah kalau begitu.." tiba-tiba saja Braz membekap mulut lelaki itu dengan obat bius. "Umphh!!!" orang itupun tertidur. Selanjutnya, Braz mengambil topi dan pakaiannya untuk dijadikan sebagai samaran.
"Kuharap kau mimpi indah." ucap Braz. "Sekarang, tinggal bagaimana cara untuk meloloskan diri dari lelaki itu." pikirnya.
Sementara itu di sisi Liz, ia telah bersiap dengan kapaknya, topengnya, yang jelas siap dengan jubah tempurnya, serta energi sihir yang membuatnya melayang. "Tunggu aku, kakak!!" ucapnya. "Aku akan segera datang, jadi jangan biarkan dirimu tertangkap!!"
Braz yang memakai pakaian samaran berjalan di kerumunan orang banyak, dan Goyle terus mengejar. Yang membuat Braz bingung, kenapa Goyle selalu bisa tak terlalu jauh darinya. "Aku sudah mengganti pakaian, dan pergi ke tempat yang sulit untuk ditemukan, tapi kenapa dia selalu saja bisa mendekatiku?? Apa itu... karena mahluk yang bersamanya itu!??"
"Hei kau!!" Goyle kini tahu posisi Braz dan kemudian mengejarnya.
"Kalau benar begitu, tak hanya menunggu selama tiga puluh menit, aku juga harus mencari cara untuk bisa meloloskan diri dari situasi ini." pikir Braz. Kini ia terpojokkan, di suatu gang. "Ketemu lagi kau, Braz.." ucap Goyle.
Bersambung ke Blood Lad Chapter 27
0 komentar:
Posting Komentar