Mikasa masih terdiam, hanya bisa melihat dengan tatapan tak percaya ke arah Titan yang saat ini sedang menginjak-injak Titan lainnya. Dalam hati Mikasa terus bertanya-tanya, karena bagaimanapun ini adalah pertama kalinya ia melihat adegan seperti itu. Titan yang melampiaskan kemarahannya pada Titan lainnya. Dan bagi Mikasa, kemarahan Titan tersebut mirip kemarahan manusia.
"Mikasa!!" Armin melesat, meraih tubuh Mikasa, dan kemudian membawanya ke atap gedung. "Mikasa!! kau jatuh karena kehabisan gas pendorong, kan!?"
"Aku akan baik-baik saja.." ucap Mikasa. "Teman-teman, yang terpenting sekarang, ayo cepat pergi dari sini!!" ucap Connie. "Ini buruk, ada dua Titan kelas 15 meter!!"
"Tidak.." ucap Mikasa.
"Titan yang itu..."
Titan yang menghajar jenisnya itu memasang kuda-kuda untuk bertarung layaknya manusia, membuat Mikasa dan dua temannya menjadi semakin kaget saja. Dan buakk!! sang Titan menghantam kepala musuhnya dengan tinju tangan kiri, pukulan yang benar-benar keras hingga membuat kepala lawan terlepas dari tubuhnya.
"Awas!!" kepala Titan tadi terlempar ke arah Mikasa dan yang lainnya. Mereka tiarap, dan akhirnya kepala itu hancur membentur puncak gedung di belakang mereka.
Saking kerasnya pukulan si Titan, tangan yang ia gunakan untuk memukulpun ikut hancur. Namun dengan cepat, tangan itu beregenerasi kembali. Titan yang tanpa kepala itupun hendak beregenerasi kembali. Namun sebelum itu terjadi, sang Titan menginjak-injak titik lemahnya.
"Wow.." Armin dan yang lainnya semakin kaget. "Tadi itu kan, serangan mematikan...
Dia bahkan mengincar titik lemahnya..."
"Yah, kita harus segera pergi dari sini sebelum dia menyerang kita." ucap Connie. "Tidak, dia tak akan menyerang kita. Kalau ingin menyerang, dia pasti sudah melakukan dari tadi." ucap Armin.
"Kelihatannya dia tahu cara bertarung, apa-apaan ini sebenarnya.." Mikasa masih bertanya-tanya. "Y-yah, mungkin saja dia itu Titan gila. Kita belum tahu banyak tentang mereka kan?" ucap Connie. "Yang terpenting, ayo kita segera menuju markas, teman-teman yang lain sedang bertarung!!"
"Tapi, Mikasa sudah kehabisan gas!!" ucap Armin. "!!!?" Connie kaget, ia baru tahu. "Ini bercanda, kan!? Lalu, bagaimana bisa kami pergi tanpamu!!?"
"Aku punya ide.." ucap Armin. "Mungkin gas yang kumiliki tidak terlalu banyak, tapi, gunakanlah ini!!" Armin mengeluarkan tabung gasnya sendiri dan memasangnya ke peralatan maneuver tiga dimensi Mikasa. "Armin!!?"
"Inilah satu-satunya cara!! Lagipula tak ada gunanya kalau aku yang menyimpannya!!" ucap Armin. "Tapi kali ini, kumohon... gunakanlah dengan berhati-hati. Jadi, kau bisa menyelamatkan semuanya..."
Mikasa tertegun saat mendengar kata-kata Armin. Ia baru sadar, betapa tak bertanggung jawabnya ia sendiri. "Aku memimpin orang-orang untuk bertarung, padahal aku belum siap. Aku sudah membahayakan nyawa orang-orang..." pikir Mikasa. "Aku bahkan sempat berkeinginan untuk menyerah, tanpa ingat kalau aku masih punya tugas yang penting. Aku..."
"Bagus! peralatanmu masih bekerja dengan baik." ucap Armin setelah selesai memasang tabung gasnya ke peralatan Mikasa. "Maneuvering gearmu masih bekerja dengan baik, dan aku juga telah meberikan semua pedangku yang masih tersisa. Aku, aku hanya butuh potongan pedang kecil ini..."
Armin menyimpan sepotong pedang kecil untuk digunakannya...
"Aku, aku tang ingin ditelan hidup-hidup oleh mereka..."
Armin berniat untuk bunuh diri jika keadaan memaksanya. Tapi, buru-buru Mikasa melempar potongan pedang yang Armin bawa.
"Armin..." Mikasa memegang tangan Armin.
"Tak mungkin aku meninggalkanmu di sini!" ucap Mikasa.
"Ta-tapi... kau tak akan bisa melompat dengan leluasa sambil membawa seseorang, apalagi di tempat yang penuh dengan Titan seperti ini..."
"Tak mugnkin kami akan meninggalkanmu!!" Connie menarik tangan Armin. "Ayo!! Biar aku yang membawa Armin!! Mikasa, jaga kami!!"
"Tidak..." ucap Armin dalam hati. "Kumohon hentikan..." ucap Armin lagi. Namun, ia tak bisa menolaknya. "Kalau kalian terus melakukannya... maka, akan semakin banyak teman-temanku... yang mati karenaku..."
"!!" Armin tiba-tiba mendapat suatu ide. "Dengarkan aku!!" Armin melepas pegangan tangan Connie. "Aku punya ide!!" ucapnya. "Ide??"
"Mungkin kedengarannya ini gila..."
Di markas, tempat pasokan gas berada, para Titan masih tampak mengerumuni tempat itu. Jean yang sudah dekat dengan itu tak berani melangkah lebih dekat lagi. Keberanian yang sebelumnya ia perlihatkan, mendadak hilang di jarak ini.
"Percuma..." ucapnya dalam hati. "Kita bahkan tak bisa lebih dekat dari ini... tidak kecuali kita siap untuk berkorban..."
"Aaaargghhh!!!!" terdengar teriakan seseorang, salah seorang rekan Jean kehabisan gas dan terjatuh di jalan. Dan parahnya, di dekatnya terdapat beberapa Titan yang siap untuk menyerang.
"Sial, dia kehabisan gas!!" Jean hendak menolong, namun ketakutan membuat kakinya tak mampu untuk digerakkan. "Tom, ayo tolong dia!!" dua rekan Jean mencoba untu menolong. "Berhenti, sudah terlambat!!" teriak Jean.
Lelaki yang kehabisan gas itu sudah dicengkram oleh tangan raksasa, dan kini hendak dimakan. "Berhenti!!!" teriak Jean lagi, "Kalian hanya akan..."
Grabbb!! ketakutan Jean menjadi kenyataan, rekannya yang mencoba untuk menolong malah ikut dicengkram dan siap untuk dimakan.
Jean terdiam, semakin ketakutan. Tapi kemudian, ia melihat kesempatan. "Sekarang!!" teriak Jean. Titan-Titan yang ada di depan sibuk melahap teman-temannya tadi. Jadi, sekarang ada celah yang bisa ditembus.
"Terus maju menuju markas sebelum para Titan itu kembali!! Ini kesempatan kita, gunakan sebaik-baiknya!!"
"Sekarang atau tidak selamanya, semuanya, maju!!!" merekapun melesat. Jean dan rekan-rekannya menggunakan maneuver tiga dimensi untuk menerobos beberapa Titan yang masih bebas. Namun sial, tanpa Jean sadari seorang Titan mendekat dan kemudian mengcengkram ujung kakinya.
Selanjutnya : Shingeki no Kyojin Chapter 8 bagian 2
0 komentar:
Posting Komentar