"Jadi.. maksudmu semua itu percuma?"
"Huh, malang sekali hidup kita ini..."
"Ayo kita lakukan!! Semuanya!!!" teriak Sasha, ia juga ada di kelompok itu. "Mungkin kita bisa sukses jika kita menggabungkan bahan bakar kita!! Ya, aku akan ikut menyumbang!! teman-teman..."
Tak ada yang mempedulikannya, mental orang-orang benar-benar sedang kacau saat itu. "Ah, Armin!" Sasha menghampiri Armin. "Tolong bantu aku meyakinkan orang-orang..." pintanya. Namun, Arminpun tampak tengah benar-benar down saat ini. Terlebih, setelah melihat Eren ditelan oleh raksasa di depan mata kepalanya sendiri...
"Ada apa lagi, Reiner?" tanya Annie pada lelaki di sebelahnya.
"Belum, ayo kita biarkan mereka berkumpul terlebih dahulu." ucap lelaki itu, reiner.
"Kita sudah tamat." ucap rekan di sebelahnya. "Tak peduli bagaimanapun kita menebasnya, pada akhirnya kita hanya akan terjebak di kota ini dan dijadikan santapan seperti binatang. Bukannya aku ingin bersiap untuk mati, tapi kira-kira... kita akan mati seperti apa, ya?"
"Mikasa!!" Mikasa mendarat di tempat itu. "Bukankah kau seharusnya berada di kelompok pertahanan?"
"Annie!!" Mikasa menghampiri Anne. "Aku hanya ingin mengecek apa yang sebenarnya terjadi. Dan mumpung ada di sini, aku ingin bertanya, Eren dimana? Sejak tadi aku belum melihatnya?"
"Aku tak tahu dia dimana, tapi kalau tak salah kelompoknya pergi ke atas dinding." ucap Annie. "Oh iya, sepertinya tadi Armin bersama dengannya, coba kau tanyakan ke dia." ucap Reiner. kemudian, Mikasapun menghampiri Armin.
"Armin!!"
"!!" Armin kaget, dan dia tak punya keberanian untuk mengangkat kepalanya. "Mikasa... bagaimana bisa aku memperlihatkan wajahku padanya? Lupakan... apa yang harus kukatakan padanya? Berhasil bertahan hidup saat ini benar-benar tak berarti. Kalau saja boleh mengulang, lebih baik waktu itu aku mati bersamanya..." ucap Armin dalam hati.
"Armin?? Apa kau terluka? Kau baik-baik saja, kan?" tanya Mikasa. Armin masih terdiam, masih menundukkan kepalanya. "Oh iya, Eren dimana?"
"Hiks..." Armin tak kuasa menahan air matanya. Air mengangkat wajahnya, kemudian menatap Mikasa dengan wajah bergelinang air mata.
"Anggota squad 34, kelompok kami...
Tomas Wagner, Nack Teaz, Millius Zermusky, Mina Caroline, dan Eren Jaeger...
Mereka berlima yang kusebutkan...
telah gugur..."
"!!" tak hanya Mikasa, orang-orang di tempat itu juga kaget. Armin baru berani mengatakannya, dan tentunya mereka baru tahu hal ini. "Mustahil..." ucap Sasha.
"Hampir semua anggota squad 34 berhasil dibunuh oleh para Titan, inilah yang akan kita dapat kalau berani melawan mereka..."
"Maafkan aku, Mikasa..." Eren masih tak mampu untuk menghentikan air matanya. "Eren... dia mati demi menyelamatkanku. Aku... aku tak mampu melakukan apapun, aku benar-benar minta maaf..."
Mikasa tak mengatakan apa-apa. Ia diam saja, tertegun, dan tanpa ekspresi. Sampai kemudian, Mikasa mengulurkan tangannya. "Armin... tenanglah. Ini bukanlah saat untuk meluapkan emosimu." ucap Mikasa.
"Berdirilah." Mikasa membantu Armin untuk berdiri kembali.
"Marco, kalau kita mampu menghabisi para Titan yang mengepung markas, maka kalian akan bisa mengisi bahan bakar kalian, benar begitu?"
"Y-ya, begitulah." sahut Marco. "Tapi meskipun itu kau, kurasa tetap saja mengalahkan mereka yang jumlahnya sebanyak itu..."
"Kita bisa melakukannya." ucap Mikasa. "Aku jauh lebih kuat dari kalian!!" Mikasa mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. "Karena itu, akulah yang paling cocok untuk melawan kumpulan raksasa itu!!"
"Kalian semua, kumpulan orang-orang lemah, payah, memalukan, tinggallah di sini. Ya, kalian semua tunggu saja di sini." perintah Mikasa.
"Hei, apa yang kau bicarakan, Mikasa? Apa kau berniat untuk melawan para Titan itu sendirian?? Itu mustahil, kan!!?"
"Kalau gagal, aku akan mati, tapi kalau berhasil, kita semua akan bisa bertahan hidup. Kesempatan itu tak akan bisa kalian raih kalau kalian tak mau mencoba."
Tanpa mengatakan apa-apa lagi Mikasa melesat menuju tujuan. "He-hei!!" orang-orang berusaha mencegah, namun Mikasa sudah terlanjur pergi.
"Kalau ada yang perlu disalahkan, maka itu adalah kemampuan berbicaramu. Kata-kata kasarmu tadi, itu semua untuk memaksa kita bertarung, kan? Eren... ini semua salahmu..."
"!!!" orang-orang kembali memperoleh semangat mereka. "Hei!! Membiarkannya bertarung sendirian bukan merupakan bagian dari rencana kita, kan!? Ayo maju, teman-teman!! Atau selamanya kita akan menjadi pecundang!!"
Selanjutnya : Shingeki no Kyojin Chapter 7 bagian 3
0 komentar:
Posting Komentar