Tanpa mengatakan apa-apa lagi Mikasa melesat menuju tujuan. "He-hei!!" orang-orang berusaha mencegah, namun Mikasa sudah terlanjur pergi.
"Kalau ada yang perlu disalahkan, maka itu adalah kemampuan berbicaramu. Kata-kata kasarmu tadi, itu semua untuk memaksa kita bertarung, kan? Eren... ini semua salahmu..."
"!!!" orang-orang kembali memperoleh semangat mereka. "Hei!! Membiarkannya bertarung sendirian bukan merupakan bagian dari rencana kita, kan!? Ayo maju, teman-teman!! Atau selamanya kita akan menjadi pecundang!!"
Akhirnya mereka semua maju, maju demi satu-satunya kesempatan yang ada. "Hei kau, dasar pengecut, lemah!!" teriak Sasha pada pemuda yang masih berdiri ketakutan. "Bodoh!!" teriaknya lagi.
"Apa dia bilang...
huh, persetan dengan semuanya...
Ayo maju!!" akhirnya semua benar-benar maju.
Blassss!!!! seorang raksasa berhasil dijatuhkan, dan kawanan pasukan yang baru saja memperoleh semangat mereka kembali itu terus maju. "Cepat, terus ikuti Mikasa!! Pertarungan ini pasti akan kita menangkan!!"
"Terus maju sebelum kita benar-benar kehabisan bahan bakar!!!"
"Kuakui, Mikasa itu memang benar-benar hebat..." ucap Connie.
"Tidak..." pikir Armin. Armin menyadari sesuatu, sesuatu yang berbeda dari Mikasa. "Dia menggunakan begitu banyak bahan bakar, bahan bakarnya akan segera habis! Tak peduli seberapa hebat dia, jika dia kehilangan kemampuan geraknya, maka semuanya percuma..."
"Seperti dugaanku, dia tak seperti biasanya." pikir Armin. "Dia terus berusaha untuk aktif untuk menutupi perasaannya. Tapi kalau terus begini..."
Benar saja, apa yang Armin khawatirkan terjadi. Mikasa kehabisan bahan bakar, dan kemudianterjatuh di atas kain atap gedung. "Mikasa!!!" teriak Armin.
"Haah, haah..." Mikasa melihat ke arah langit. "Bagaimana bisa aku tak menyadari bahan bakarku yang mulai menipis sampai akhirnya benar-benar kehabisan?"
Mikasa lalu menatap ke arah pedang pendek yang ada di tangan kannya. "Lagi-lagi, ini terjadi... lagi-lagi, aku kehilangan keluargaku..."
"Luka lama yang sama terbuka kembali, bisakah aku mengulangi semuanya lagi?
Dunia ini... benar-benar kejam..." Mikasa terjatuh, dan saat ini ia tersimpuh di tengah jalan. Dari kejauhan sesosok Titan mendekat.
"Kejam... namun juga indah..." Mikasa teringat saat Eren memberinnya syal. Dan, tampaknya ia sudah tak peduli lagi dengan nasibnya. "Hidupku lumayan indah..." pikirnya, dan kemudian menutup mata. Di depan maupun belakangnya, dua Titan sudah mengepungnya.
Tapi tiba-tiba, Mikasa teringat akan sesuatu. Mikasa membuka mata, kemudian melihat ke arah pedang pendeknya. Dan saat ini, benar-benar mirip dengan saat itu, saat-saat ketika Eren berteriak padanya, "Bertarunglah!! Bertarung!!!"
Pada akhirnya Mikasa kembali bangkit. Meski dia sudah tak bisa melakukan maneuver tiga dimensi lagi, namun tekadnya sudah bulat untuk terus bertarung.
"Maafkan aku, Eren... aku tak akan menyerah, tak akan pernah lagi.." pikir Mikasa. "Kalau aku mati, maka aku tak akan mampu... untuk mengingatmu lagi. Jadi... apapun itu, aku akan terus bertarung!! Tak masalah bagaimana aku akan menjalani hidup nantinya!!!"
Bruuakkkk!!!! Mikasa hendak menyerang Titan yang ada di depannya, namun seseorang mendahuluinya. Bukan, lebih tepatnya sesosok Titan. Titan di belakang Mikasa ternyata datang bukan untuk menyerangnya, melainkan menyerang Titan yang ada di depan Mikasa.
Mikasa kaget, tentu saja. Ini adalah pertama kali ia melihat sesosok Titan menyerang temannya sendiri. "Titan... yang menyerang spesiesnya sendiri!?" Mikasa terus bertanya-tanya.
Bersambung ke Shingeki no Kyojin Chapter 8
0 komentar:
Posting Komentar