Beberapa pasukan bersembunyi di balik meja, di dalam sebuah gedung yang sudah dikepung oleh para Titan. Mereka ketakutan, dan sama sekali tak punya keberanian untuk melawan. "Selesai sudah, hidup kita akan berakhir!!" ucap salah seorang dari para pengecut itu.
Keadaan menjadi semakin panik ketika para Titan mulai memasukkan tangan-tangan besar mereka ke dalam gedung, mengubrak-abrik para manusia yang berada di dalamnya.
"Benar..." salah seorang pasukan yang masih ada di dalam mendapat suatu ide. Daripada mati di tangan raksasa, ia lebih baik mati di tangan dirinya sendiri. Ya, lelaki itu hendak bunuh diri. Tanpa ragu, ia mengarahkan pistolnya ke mulutnya sendiri.
"Hei hei, itu tak akan membantu, kan?" ucap rekan di sebelahnya. Namun, tekadnya untuk bunuh diri sudah benar-benar bulat. Dan kemudian, Bang!! pelatuk pistolpun ditariknya.
Di luar, di tengah-tengah kota yang sudah sepi dimana para penduduknya sudah diungsikan ke bagian dalam, Mikasa meloncat dari satu gedung ke gedung lainnya dengan maneuver tiga dimensi. Ia bertanya-tanya, kenapa Eren dan pasukannya belum juga kembali?
"Mereka pasti sudah mendengar bel tanda untuk mundur, tapi kenapa mereka tak segera naik ke balik dinding?" ucap Mikasa dalam hati.
Kemudian, Mikasa melihat ke arah gedung yang sudah dikepung tadi. "Apa di sebelah sana?" Mikasa bertanya-tanya.
Di sisi lain kota, di atas gedung, ada juga beberapa pasukan yang duduk-duduk dan tak tahu harus berbuat apa. "Sial, apa yang harus kita lakukan!?"
"Tak ada yang bisa kita lakukan." ucap salah seorang dari mereka. "Sinyal untuk mundur telah dibunyikan, tapi kita kehabisan bahan bakar untuk melewati dinding itu. Sekarang, kita hanya bisa menunggu kita mati, kita semua..."
"Ini semua gara-gara para pengecut sialan itu..." ucap lelaki itu lagi. Gedung yang dikepung oleh para Titan adalah gedung tempat penyimpanan bahan bakar, dan pasukan yang ada di dalamnya adalah pasukan yang seharusnya menjaga tempat itu sebagai tempat jika sewaktu-waktu pasukan kehabisan bahan bakar. Namun bukannya melindungi tempat itu, mereka malah berlindung di tempat itu.
"Cih, mereka kehilangan semangat untuk bertarung? Aku bisa mengerti hal itu, tapi...
Menganggap kalau tugas mereka adalah yang paling aman karena bisa berlindung di sana, itu salah besar. Tentu saja, kawanan Titan bisa menyerang tempat itu sewaktu-waktu..."
"Kalau begitu, kenapa kita tak coba untuk melawan dan menerobos kawanan Titan itu!!?" saran Connie dengan penuh semangat. "Kalau kita terus diam di sini tanpa melakukan apapun, kita juga akan mengalami hal yang sama!!"
"Para Titan pada akhirnya akan menyerang kita juga, jadi daripada nanti kita dikejar-kejar seperti tikus yang dikejar oleh kucing, dan akhirnya benar-benar kehabisan bahan bakar kita yang sangat sedikit, kenapa tak kita coba saja untuk melawan!??"
"Kau benar, Connie, tapi apa kau pikir kita bisa melakukan sesuatu dengan kekuatan kita saat ini? Banyak senior kita yang ada di barisan depan telah dibunuh oleh para Titan, kita ini hanya pemula, siapa yang mau melakukan misi bunuh diri seperti itu?"
"Apa yang bisa kita lakukan untuk melawan para Titan itu? Aku bertaruh di dalam gedung juga sudah ada Titan kelas 3-4 meter yang sudah mengubrak-abrik persediaan. Jadi, meski berhasil masuk belum tentu juga kita bisa mengoperasikannya..."
"Jadi.. maksudmu semua itu percuma?"
"Huh, malang sekali hidup kita ini..."
"Ayo kita lakukan!! Semuanya!!!" teriak Sasha, ia juga ada di kelompok itu. "Mungkin kita bisa sukses jika kita menggabungkan bahan bakar kita!! Ya, aku akan ikut menyumbang!! teman-teman..."
Tak ada yang mempedulikannya, mental orang-orang benar-benar sedang kacau saat itu. "Ah, Armin!" Sasha menghampiri Armin. "Tolong bantu aku meyakinkan orang-orang..." pintanya. Namun, Arminpun tampak tengah benar-benar down saat ini. Terlebih, setelah melihat Eren ditelan oleh raksasa di depan mata kepalanya sendiri...
Selanjutnya : Shingeki no Kyojin Chapter 7 bagian 2
0 komentar:
Posting Komentar