Selama lima tahun, Eren dan rekan-rekannya telah menjalani pelatihan militer. Dan malam ini, semuanya berkumpul untuk melaksanakan upacara sebagai tanda berakhirnya pelatihan mereka. Eren dan yang lainnya telah lulus dari pelatihan, dan selanjutnya mereka akan dimasukkan ke dalam kelompok-kelompok tertentu.
Terdapat tiga pilihan, kelompok polisi kerajaan, scouting legion, dan pasukan penjaga. Polisi kerajaan adalah pasukan yang bertugas untuk mengawal raja di kota pusat. Namun, tak sembarang orang bisa masuk kemari. Hanya mereka yang mendapat ranking sepuluh besar saat pelatihan yang bisa masuk.
Berikutnya adalah Scouting legion. Ini merupakan pasukan yang akan berada di baris depan, bertarung melawan para Titan. Tak hanya di dalam, mereka juga kerap mendapat tugas ekspedisi ke luar. Terakhir adalah pasukan penjaga. Mereka adalah sekumpulan orang yang bertugas untuk berjaga di sekitar dinding.
"Ingat, besok kalian akan memilih kelompok tujuan kalian. Baik, dengan ini secara resmi saya nyatakan pelatihan militer ke-104 berakhir!!" ucap pembina untuk terakhir kalinya. "Siap!!" seru para pasukan pelatihan dengan tangan kanan di dada kiri mereka.
Untuk merayakannya, malam itu semua pasukan berpesta, makan-makan di sebuah ruangan yang ukurannya sangat besar. "Aaah, aku ingin sekali bisa masuk sepuluh besar seperti kalian.." ucap salah seorang pasukan pelatihan pada Jean. "Oh iya Jean, kau akan memilih untuk menjadi polisi kerajaan kan?"
"Huh? Tentu saja.." ucap Jean. "Memangnya kau pikir untuk apa aku mencari sepuluh besar, hah? Tentu saja supaya bisa masuk polisi kerajaan kan.." lanjutnya. "Aku juga begitu." ucap Marco, lelaki di sebelah Jean yang juga masuk sepuluh besar. "Bisa bertugas untuk mendampingi sang raja... benar-benar suatu kehormatan." lanjutnya.
"Hei hei, jangan munafik begitu, Marco.." Jean mengacak-acak rambut Marco. "Uhk!!" Marco sampai tersedak karenanya. "Katakan pada mereka alasan yang sesungguhnya. Kau ingin mendampingi raja supaya bisa ada di kota pusat, kan??"
"Benar begitu, kan!!?" ucap Jean lagi, namun kali ini lebih keras. "Bisa bebas dari kota pinggiran yang berbahaya ini!! bagian dalam kota, kehidupan nyaman dan damai sudah menanti kita!!" lajutnya.
"Huh??" orang-orang mulai melihat ke arah mereka berdua. "Hei hei, egois ya.." bisik orang-orang. Orang-orang yang tak masuk sepuluh besar kini menatap sinis ke arah mereka.
"A-ah..." Marco gelagapan. "Hei Jean, sopanlah sedikit!!" ucapnya. "Yah, yah, maafkan aku, tuan terhormat." sahut Jean, kemudian ia bertanya pada orang-orang, "Memangnya kalian sendiri bagaimana??? Tak ada lagi kesempatan untuk hidup damai selain di sana!! Memangnya apa kalian semua puas hanya dengan mendapat kebanggan menjadi benteng kemanusiaan atau apalah itu sebutannya??"
Orang-orang kini terdiam, sementara Jean terus membicarakannya. "Yah, lagipula kalian tak bangga kan terlahir di kota pinggiran? Coba bayangkan, bisa hidup di suatu kota tanpa ada rasa takut akan suara langkah kaki Titan... siapapun pasti ingin pindah ke kota dalam kan... Jadi, bagaimana dengan kalian?" tanya Jean pada dua rekan di depannya yang juga masuk sepuluh besar, Bertholdt Fubar dan Annie Leonhardt.
"Aku juga akan masuk polisi kerajaan." ucap Bertholdt. "Yah, begitu juga denganku." ucap Annie. "Tapi jangan membayangkan kalian dan aku itu sama." lanjutnya.
"Hahaha!" Jean tertawa puas. "Hei.." Eren kesal dan kemudian bangun dari tempat duduknya. "Kau bilang kota bagian dalam adalah tempat yang nyaman... kota ini dulu juga merupakan kota bagian dalam, kau tahu.." ucap Eren. "Jean.. aku yakin tanpa pindah ke bagian dalampun, isi dari otakmu itu sudah lumayan nyaman.."
"Eren.." Mikasa memegang tangan Eren, berusaha untuk mencegatnya berbuat lebih jauh lagi. "Jangan.." ucapnya. Tapi, Eren tetap mendekat ke Jean.
"Huh, kalau tak salah, Eren, dulu kau sempat bilang aku ini pengecut, ya? Yah, kau salah." ucap Jean. "Aku ini realistis." lanjutnya. "Empat tahun yang lalu, kita menggunakan setengah populasi kita untuk menjadi pasukan di barisan depan. Setengah dari umat manusia pergi untuk merebut kembali daerah kita yang dirampas oleh para Titan. Tapi, sebagian besar dari mereka malah mendapat tiket untuk masuk ke dalam perut Titan. Berapa banyak lagi yang harus dikorbankan untuk mendapatkan kembali tanah kita yang sudah hilang? Menang melawan Titan itu sesuatu yang mustahil..."
Orang-orang semakin tertunduk. "Huh. Lihat, orang-orang jadi kehilangan nafsu di pesta ini karena ulahmu." ucap Jean lagi.
"Memangnya ada apa?" ucap Eren.
"Huh? Apa sejak tadi kau tidak mendengarkanku?" ucap Jean. "Yang kudengar hanyalah kau yang berpikir kalau kita tak mungkin menang." ucap Eren. "Apa bagusnya kalau kita menyerah begitu saja? Empat tahun yang lalu kita memang banyak kehilangan nyawa. Namun dengan itu, kita mampu memperoleh informasi yang memberi kita harapan. Membuang harapan itu begitu saja dan menunggu untuk menjadi makanan Titan nanti, apa kau bercanda?"
"Aku..." Eren melihat orang-orang. "Aku memiliki sebuah impian." ucapnya. "Sebuah mimpi untuk melenyapkan semua Titan dari muka Bumi ini.. Kemudian pergi ke luar dinding, untuk bertualang di dunia luar.."
"Hah? Masih saja dengan pikiran bodohmu itu, ya? Lihat sekelilingmu, tak ada seorangpun yang mau menerima pikiranmu itu!!" ucap Jean. Di sekeliling, orang-orang memang masih terdiam.
"Yah, aku tahu." ucap Eren. "Baiklah. Kalau begitu.. pergi saja ke kota dalammu itu, kemudian makan-makan seperti sekarang ini, sambil menjatuhkan moral orang-orang.."
"Yaah, tentu saja aku akan pergi. Tapi bagaimana denganmu? kau bErencana untuk pergi ke luar, kan? Ya sudah, pergi sana, Titan-Titan kesayanganmu itu sudah menunggu." ucap Jean.
Selanjutnya : Shingeki no Kyojin Chapter 3 bagian 2
0 komentar:
Posting Komentar