"Itu..." bahkan Ogapun kaget. Orang-orang kaget, Aoi kembali bangkit dengan tanda segel Beelzebub di bawah lehernya. "Apa yang terjadi?" Aoi sendiri juga tak mengerti.
"Dadaku...rasanya seperti membara. Aku bisa merasakan kekuatan melewati tubuhku. Apa ini karena akhirnya aku mampu untuk bangkit kembali?"
"Ada apa dengan caramu melihatku, itu? Apa kau masih belum mengerti dengan posisimu sekarang, hah?" ucap Ringo. Aoi kini menatapnya dengan penuh keyakinan.
"Sial..." ucap Ringo dalam hati. Meski di luar, ia tetap berusaha tegar dengan menghisap rokoknya. "Kupikir aku sudah mematahkan semangatnya, tapi..."
"Terserah. Aku akan melawanmu sekali lagi kalau kau memang ingin." ucap Ringo. "Tetapi kalau kali ini kau kalah... aku akan membakar salah satu matanya." Ringo mendekatkan rokoknya pada wajah Oga.
"!!!" Nene dan orang-orang Red Tail lainnya kaget. "Berhenti kau, jalang!!! Lepaskan dia, tangkap kami saja!!!"
"Apa itu yang kau inginkan?" ucap Aoi dengan tenangnya.
"?" Ringo kaget. "Huh, sekarang dia membuatku marah." pikirnya, terlebih saat melihat tampang Oga. "Tampang 'aku percaya padamu' macam apa itu?? Aku tak akan main-main lagi. Kali ini aku akan benar-benar menghancurkanmu."
Ringo dan Aoi kini kembali bersiap untuk bertarung.
"Tu-tunggu sebentar...
Itu tubuhku woi." ucap Oga dalam hati.
Tanpa banyak bicara lagi, pertarungan pedangpun dimulai. Ringo menebas, namun kali ini Aoi berhasil menghindarinya. Aoi balas dengan menusuk, namun yang berhasil ia kenao hanyalah jubahnya.
Ringo kemudian melepas jubahnya, sengaja menggunakannya sebagai penghalang penglihatan Aoi dan kemudian melancarkan tusukan bertubi-tubi. Untungnya, Aoi mampu menahan semuanya.
Sementara Aoi bertahan seperti itu, Ringo malah bertindak curang dan mendekat ke arah Nene, bersiap untuk menyerangnya. "Mati kau, wanita jalang..."
"Apa?" Nene tak tahu menahu.
"Nene!!" teriak anggota Red Tail.
Ringo menebas, namun untungnya Aoi cepat dan kemudian menahannya.
"Aku tahu kalau sesuatu seperti ini pasti akan terjadi." ucapnya dan kemudian mempersiapkan suatu teknik. "Shingetsu style, bentuk kelima..."
"!?"
"Desert haze!!!!" Aoi menyerang dengan salah satu teknik andalannya, menciptakan putaran badai yang menghempaskan Ringo beberapa meter jauhnya.
"Ringo!!" teriak kaget salah seorang anak buahnya.
"Sekarang, biarkan mereka pergi." Aoi menodongkan pedangnya.
Dan kemudian, anak buah Ringopun tak berani lagi dan akhirnya melepaskan Nene.
"Aoi..."
"Nene, apa kau baik-baik saja?"
"Maafkan aku..." ucap Nene. "Karena kami... Karena kelemahan kami... Kami tak bisa melakukan apapun selain..."
"Itu tidak benar." ucap Aoi.
"Maaf karena sudah membuatmu lama menunggu." lanjutnya.
"Eh? Apa kau mau bilang kalau..."
"Kunieda Aoi, pemimpin ketiga Red Tail telah kembali pada jabatannya." Aoi mengenakan jubahnya kembali dan secara resmi kembali memimpin kelompok Red Tail.
"Heh??" Ringo kembali bangkit. Ternyata dia belum benar-benar kalah. "Omong kosong!!" ucap orang-orang dari Red Tail Baru. "Apa kau lupa!? Kami masih memiliki sandera!!"
Oga masih berada di tangan mereka.
"..." Aoi menodongkan pedang ke arah mereka. "Aku sampai lupa kekuatan dan tanggung jawab yang datang saat aku memakai jubah ini." ucap Aoi sebelum kemudian menancapkan mereka semua ke tembok.
"Ringo!! Provokasimu tak akan bekerja lagi padaku!!" ucap Aoi. "Aku tak akan menyerah terhadap sesuatu yang kuanggap penting!! Aku akan melindungi semua itu baik teman-temanku maupun perasaan yang kumiliki!!" tegasnya.
"Aoi..." Yuka dan Chiaki terharu.
"Apa yang ingin kau lindungi, hah!?" Ringo menghidupkan korek apinya dan kemudian mendekatkannya ke wajah Oga. "Kalau kau pikir kau bisa melindunginya, coba saja!! Kali ini, aku akan benar-benar membakar matanya!!"
"Kau!! Sialan!!!" bentak Nene.
"Hatchuu...." Oga bersin.
"Huh? bagaimana bisa kau tetap tenang, hah? Apa kau tak mengerti dengan posisimu sekarang?" ucap Ringo.
Bersin tadi membuat lakban di mulut Oga terlepas, hingga akhirnya dia mampu bicara. "Cukup, perempuan sialan."
"!!!?" Aoi kaget. "Daa??" bayi beel telah kembali ke tubuhnya, begitu pula dengan Oga. Dan kini dengan mudah, Oga melepas ikatan tangannya. "Sudah cukup." ucap Oga.
"Eeh??"
"Aku tak akan memainkan peran sebagai sandera lagi. Sekarang, aku akan menjadi pengamat dari pertarungan ini." ucap Oga.
Bersambung ke Beelzebub Chapter 201
0 komentar:
Posting Komentar