Pertarungan antara pemimpin kedua melawan pemimpin ketiga Red Tail akan segera dimulai. Pemimpin kedua yaitu Ringo duduk menunggu, sementara pemimpin ketiga yaitu Aoi sudah siap bersama dengan Oga di pundaknya.
"Kunieda, kau harus berhati-hati." ucap Oga. Tentunya masih di tubuh bayi Beel. "Hati-hati untuk apa?" tanya Aoi. Lalu Oga menjelaskan, "Kemungkinan dia itu seorang master mantra..."
"Master mantra? maksudmu seperti tuan Saotome? Bukankah kau bilang kalau master mantra itu Nasubi?" Aoi tak mengerti. "Ya, dia memang master mantra. Tapi kelihatannya, master mantra bukan cuma dia. Dan bisa saja, semua orang-orang baru itu master mantra."
Aoi mulai mengerti, dan kemudian bertanya pada Koma. "Koma, apa kau merasakan sesuatu darinya?" Aoi kemudian sadar kalau Koma tak ada di sana. "Huh, dia tak ada di sini. Si mesum itu tak pernah ada saat aku membutuhkannya." gumam Aoi.
Ringo bangun dari duduknya, menyalakan rokok dan kemudian bertanya, "Siapa bocah yang bersamamu itu? Anaknya Oga? Kau sudah berubah, kau tahu itu kan? Kenapa kau sampai memungut orang jelek begitu?"
"Kau malah tidak berubah." ucap Aoi. "Baumu masih sebusuk dulu."
Plakkk!! dengan cepat Ringo menampar pipi Aoi.
"Sepertinya kau masih belum mengerti kondisimu sekarang. Kau sedang berada dalam belas kasihanku. Kalau kau mengatakan sesuatu yang buruk lagi, lihat saja apa yang akan kuperbuat padamu." ucap Ringo.
Aoi terdiam, namun tak tampak rasa takut darinya.
"Perempuan memang ganas..." pikir Oga.
"Mizuki!!" Ringo memerintahkan salah seorang bawahannya untuk membawa Oga keluar. "Ya!!" salah seorang bawahan Ringo keluar sambil membawa Oga yang tanpa baju, mulut dilakban, dan diikat layaknya binatang.
Aoi dan Oga kaget. "Beel!!!! Maksudku, tubuhku!!!" jerit Oga dalam hati. Siapa yang tak akan kesal tubuhnya diperlakukan seperti itu.
"Hmm, apa sekarang kau masih menyukainya?" tanya Ringo. "Apa kau suka melihat lelaki berhargamu ditelanjangi dan diikat begitu??"
"Sialan kau Tobako!! Kau pikir apa yang telah kau lakukan, hah!?" Aoi kesal, "Aku... aku tak percaya kau sampai melakukannya..." wajah Aoi memerah.
"Fufufu, kelihatannya kau menyukainya." ucap Ringo. "Kalau kau terus menentangku, aku juga akan melepas celananya."
Mendengar kata-kata itu Aoi berubah menjadi batu.
"Wanita jalang!! apa warna darahmu, hah!?" bentak Oga.
Plakk!! Ringo menampar Oga hingga tubuh kecilnya itu terkapar.
"Oga!!" teriak Aoi.
"Dasar anak yang menyebalkan." ucap Ringo. "Itulah kenapa aku tak tahan dengan anak-anak". lanjutnya.
"Kau!! Kau pikir apa yang sudah kau..."
"Mau berkata yang buruk lagi, hah??" potong Ringo.
"Huh..." Aoi melanjutkan kata-katanya. "Kau bertanya-tanya kenapa tak ada yang mengikutimu lagi, itu sudah jelas kan? Itu karena kau selalu bersikap seperti kotoran!! Waktu memimpinmu sudah berakhir."
"Mizuki..." Ringo menghisap rokoknya kembali dan meminta anak buahnya tadi itu, Mizuki untuk memberi senjata. Kemudian, Mizukipun melempar dua pedang kayu, untuk Ringo dan Aoi.
"Ayo, majulah, aku akan bertarung menggunakan caramu." ucap Ringo, bersiap dengan pedang kayu di tangan kanannya. "Kau akan menyesal." ucap Aoi, yang dengan gaya khasnya memegang pedang dengan kedua tangan.
"Yah, kita lihat saja." ucap Ringo. Aoi melesat ke arahnya dan kemudian pertarungan saling adu pedangpun terjadi.
Aoi dan Ringo sama-sama tangguh, tapi kemudian Ringo berhasil memanfaatkan celah dan menebas kaki Aoi. Aoi jatuh. "Kunieda!!!" teriak Oga. "Dia hebat..." pikirnya.
"Apa kau pikir kau bisa mengalahkanku dalam pertarungan?" ucap Ringo.
"Dia, dia berbeda dari dia yang dulu..." pikir Aoi.
"Seperti dugaanku, dia juga memiliki iblis." pikir Oga.
"Kau selalu saja berbuat setengah-setengah. Kau tak cukup kuat untuk melindungi kelompomu, tapi kau tak pernah benar-benar meninggalkan Red Tail. Lalu kau menyukai lelaki dan berbuat sampai sejauh ini. Kau benar-benar pecundang."
Ringo menodong Aoi dengan pedang dan bertanya. "Sekarang pilih satu, lelaki itu atau kelompokmu?"
"Kalau tidak kau hanya akan menjadi beban yang besar bagi Nene Oomori. Mereka yang ada di ataslah yang memberi kekuatan pada orang di bawahnya."
"Memberi kekuatan?" Oga teringat sesuatu.
Di tengah kesulitan untuk memilih itu, terdengar suara Nene. "Aoi!!"
"Nene!!" Aoi menghadap ke sumber suara namun keadaan malah jadi semakin buruk.
Nene dan kelompoknya datang dengan tubuh penuh luka, baru saja dihajar habis-habisan oleh kelompok Red Tail Baru,
"Maafkan aku, Aoi..." ucap Nene.
"A-apa yang kalian!!?" Aoi kaget.
"Kelihatannya sandera kita jadi bertambah sekarang." ucap Ringo. "Bagaimana dengan ini? Lawanlah mereka, Kunieda. Kalau melawan Oomori, maka aku akan membiarkan lelaki ini pergi. Tapi kalau kau melawan lelaki ini, aku akan membiarkan mereka pergi."
"Aoi, lawan saja dia!!" teriak Nene.
"Kau..." Aoi benar-benar kesal.
"Yaah, kalau kau tak bisa memilih keduanya, maka aku akan menghabisi mereka semua tentunya setelah menghabisimu terlebih dahulu." ucap Ringo.
"Jangan pedulikan kami!!!" ucap Yuka.
"Dia benar, Aoi!! Hajar dia!!"
"Aoi!!" teman-teman Aoi mendukungnya.
"Ini adalah salahku..." pikir Aoi. "Ini karena...
Aku mencoba untuk tetap bersama mereka. Aku benci mengakuinya, tapi Ringo benar. Kalau sejak awal aku bertarung, ini tak akan terjadi. Bayi Beel dan Oga tak akan perlu tersakiti."
"Huh, jadi pada akhirnya kau cuma bisa menggonggong tanpa menggigit ya..." Ringo bersiap untuk menebasnya. "Mati kau, wanita jalang!!!"
"kalau saja aku tak pernah memiliki perasaan terhadap Oga..." Aoi terus menyesal, sementara tebasan pedang kayu Ringo terus menuju ke arahnya... Dan... Buakkk!! Oga di dalam tubuh bayi Beel menendang tebasan pedang Ringo.
Tap!! pedang itupun menancap di langit-langit ruangan. Ringo dan Aoi kaget. "Ap..."
"Berapa lama kau akan terus duduk seperti itu, hah?" ucap Oga. "Tak ada seorangpun di sini yang menyalahkanmu."
"Oga..."
"Kau juga, Beel!!! Kenapa kau cuma duduk di sana, hah!!?" bentak Oga.
"Ai!! Aii!!!" jawab Beel.
"Perempuan-perempuan itu tetap datang kemari meski tahu kalau hasilnya akan begini!! Cepat lepaskan pantatmu dari ikatan sialan itu!! Dan Kunieda, seperti apa yang aku katakan... Kalahkan dia!!"
"Ya..." akhirnya tubu Kunieda kembali bangkit bersamaan dengan semangat untuk bertarungnya. Dan bahkan, di bawah lehernya kini tampak tanda Beelzebub.
Bersambung ke Beelzebub Chapter 200
0 komentar:
Posting Komentar