Suatu malam di sebuah kota yang ada di dunia manusia, dua shinigami tampak sedang bertugas. Mereka sedang melakukan semacam penyelidikan, dan hari yang mulai mendung membuat perasaan mereka menjadi tidak enak.
"Aku punya firasat buruk..." ucap salah satu dari mereka. "Dua shinigami yang sebelumnya bertugas di sini kalau tidak salah juga mati ketika cuaca hujan. Menakutkan..."
"Jangan berkata begitu..." ucap yang satunya, mulai takut.
"Begitu ya ... jadi cuaca hujan itu berbahaya?" seseorang tiba-tiba saja berdiri di belakang mereka. "Eeehh!!!?" dua shinigami tadi kaget dan menghadap ke belakang. Ternyata, seseorang itu tak lain adalah Ishhin. Ishhin telah sampai di dunia manusia.
"Informasi yang bagus!" ucap Isshin.
"Ka-kapten Shiba!!?"
"Jadi aku datang di saat yang tepat ya."
"Ke-kenapa!?" dua shinigami tadi masih bingung kenapa bisa ada seorang kapten yang datang langsung ke tempat itu. "Ke-kenapa anda datang kemari!?"
"Hm? Oh! Aku sedang mencari toilet, dan nyasar sampai kemari." jawab Isshin.
"Cara berbohongmu super payah!!!"
"Ah, iya..." Isshin memasang wajah serius. "Malam ini... Kalau hujan, kalian berdua pulanglah ke rumah. Aku ingin pipis sendirian."
Sang kapten tak mau anak buahnya ikut masuk ke dalam hal yang berbahaya. Ia ingin melakukannya sendiri. Dan di hari yang sama, malam hari pkl.20:36, Kota Karakura, Kediaman Ishida...
"Bagaimana dengan sekolahmu, Masaki-san?" tanya seorang wanita tua ke gadis yang tak lain adalah ibu Ichigo, yang waktu itu mungkin lebih cocok disebut sebagai calon ibu Ichigo.
"Eh? Ah... maksudmu, aku? Ya! Aku tumbuh dengan baik dan menyenangkan tiap harinya, tante." jawab Masaki sambil makan. "Aku bertanya tentang sekolahmu, bukan kau." ucap tante-tante berwajah judes itu lagi. "Sekolah ya... Ah! Baru-baru ini, aku menyadari kalau kau bisa mendapat kubis dan acar gratis saat jam makan siang."
"Cukup." ucap si tante, "Kemudian, bagaimana dengan latihan sucimu?"
"Ah, latihan suci..." Masaki terlihat kurang bergairah untuk membahasnya, "Yah, aku melakukannya, sedikit demi sedikit..."
"Apa maksudmu sedikit demi sedikit!?"
"Maaf!!!" ucap Masaki, kemudian si tante menggeprak meja.
"Apa kau mengerti dengan posisimu!?"
"Leluhurmu sudah mati, dan kau tak punya saudara, kau adalah anggota terakhir keluarga Kurosaki!! Dan kami sudah menerima untuk membesarkanmu sebagai rekan quincy!!"
"Ya, aku tahu... daging ini enak, hehe." ucap Masaki.
"Kau!!!!"
"Ibu!!" seorang pemuda memanggil wanita itu dari belakang. Pemuda itu tak lain adalah ayah Uryuu Ishida, Ryuuke Ishida. Dan wanita tadi, ternyata ia adalah ibunya, nenek Uryuu Ishida.
"Tolong hentikan. Suara ibu sampai terdengar ke luar." ucap Ryuuken. Sejenak ibunya terdiam, kemudian pergi. "Aku akan kembali ke ruanganku. "Aku akan menyiapkan makanan untukmu. Kalau sudah selesai, suruhlah Katagiri untuk membereskannya."
"Bagaimana dengan ayah?" tanya Ryuuken.
"Dia sedang berada di Funfte Field, aku juga tak tahu kapan dia akan pulang."
Ibu Ryuuken kini sudah benar-benar pergi, dan sekarang di ruangan itu cuma ada mereka berdua. "Masaki..." "Hm?" "Tolong maafkan ibuku. Dia kesepian, dan mengalihkan kemarahannya padamu." ucap Ryuu.
"Apa yang kau bicarakan, Ryuu-chan?"
"Maafkan untuk apa? Aku bahkan tak marah sama sekali. Kau tak perlu mengkhawatirkan itu, Ryuu-chan!!" ucap Masaki. "Juga, makasih atas makanannya! Aku akan kembali ke kamarku..." Masaki hendak kembali ke kamarnya. Tapi sebelum itu, ia teringat akan sesuatu dan berhenti di sebelah Ryuu.
"Ah! Udang Gratin hari ini benar-benar enak. Kalau kau tak mau, aku akan memakan bagianmu. Sampai jumpa!!" akhirnya Masaki pergi.
Ryuuken melamun, sampai kemudian seorang pelayan wanita memanggilnya, "Tuan muda! Makanannya sudah siap, boleh aku menyiapkan mejanya?"
"Ah, ya, silakan, Katagiri." ucap Ryuuken. Kemudian, pelayan bernama Katagiri itupun menyiapkannya. Sambil menyiapkan meja untuk makan, Ryuuken mengajaknya bicara.
"Katagiri..."
"Eh, iya? Ada apa, tuan muda?"
"Masaki... Dia tahu kalau ibuku membiarkannya masuk ke keluarga Ishida hanyalah untuk melindungi darah murni quincy kami."
"Eh? Apa ibu tuan memberitahukannya?"
"Apa mungkin dia tidak menyadarinya? Dia tak sebodoh itu."
"Aku tidak yakin... Kalau dia akan senang dengan menikahiku." ucap Ryuuiken.
"Tuan muda... berpikir kalau pernikahan antar quincy itu harusnya atas dasar cinta, manis sekali..." ucap Katagiri. "Kurasa, keramahan tuan muda itu pasti akan membuat Masaki-sama senang."
"Bodoh... Kenapa kau bilang aku ramah? Alasan kenapa aku ingin Masaki senang adalah... Kalau kau tak senang, kau tak akan bisa melihat masa depan dengan baik. Bukan masa depan kami, tapi masa depan quincy..."
Meski begitu, Katagiri tahu kalau sebenarnya Ryuuken baik.
Di tempat Isshin berada, hujan mulai turun, dan dua shinigami tadi mulai bingung. "Apa yang harus kita lakukan? Dia bilang kita harus pulang..." "Bodoh! Kembali ke Soul Society? Bisa-bisa kita dicela di sana. Sebaiknya kita sembunyi saja, kapten pasti akan melakukan sesuatu mengenai ini."
Ishhin berdiri di atas gedung sambil berkonsentrasi memikirkan keadaan, "Shinigami diserang, itu berarti shinigamilah target mereka... atau mereka bereaksi terhadap tekanan roh yang kuat? Kalau begitu, aku akan mencoba untuk memancing mereka dengan tekanan roh..."
Ishhin mengeluarkan tekanan rohnya, reiatsu yang benar-benar kuat sampai terasa oleh dua shinigami di kejauhan. "Wow!! I-ini kah tekanan roh kapten Shiba!?"
Batsss!!! Dengan sangat cepat mereka berdua tiba-tiba diserang, dibunuh. Ya, dua shinigami itu diserang oleh sesuatu. "Gyaah!!!" terdengar dua teriakan dari belakang Ishhin, tapi sudah terlambat untuk menyelamatkannya.
"Sial!! Jadi mereka tak bereaksi akibat kekuatan tekanan rohku!?" Ishhin hendak bergerak namun sesuatu mendadak muncul di depannya. Ishhin kaget, karena apa yang ada di depannya berbeda dari apa-apa yang pernahy ia lihat sebelumnya, suatu sosok yang mirip dengan mode hollow Ichigo.
"Apa... itu?"
Bersambung ke Bleach Chapter 531
0 komentar:
Posting Komentar