Mereka melewati bukit berbatu, jalan raya, hingga akhirnya sampai di sebuah pantai dimana telah menunggu petugas lainnya dari agensi itu. "Inilah pantai tempat potongan tubuh itu ditemukan. Ia dibawa kemari oleh ombak."
"Di belakang pantai ini ada hutan yang lebat..." ucap Killua. "Kalau mahluk itu sampai bersembunyi di sana, akan sulit untuk menemukannya." lanjut Banana.
"Kau benar, tapi mungkin saja dia sudah mati." ucap Spin. "Dan lagi, ada juga kemungkinan kalau tubuhnya tak dibawa ke tempat yang sama oleh ombak." ucap Stick.
"Aku tahu cara agar pencariannya jadi lebih cepat." Banana mengeluarkan anjing yang sejak tadi ia simpan di tas gandongnya. "Ini, cobalah lacak bau ini." Banana membiarkan anjingnya mengendus satu cakar yang mereka bawa.
"Aku, aku juga mau!!" ucap Gon. "Hei hei, apa kau itu anjing?" ucap Killua. Setelahnya, merekapun melakukan pencarian. Cukup lama berputar-putar, sisa dari mahluk tak kunjung ditemukan.
"Kita tak bisa menemukannya. Hmm, mungkin tubuhnya memang sudah tak ada di sini lagi." ucap Stick. "Yah, mungkin potongan tubuh itu terpisah dengan sisa tubuhnya." ucap Kaito, dan kemudian ia bertanya pada petugas di sana, "Memangnya gelombang laut di sini seperti apa?"
"Hmm, gelombang di sini sangat rumit." jelasnya. "Gelombangnya selalu berbeda antara pagi dan malam. Gelombangnya juga dipengaruhi oleh musim. Jadi arah gelombangnya hampir selalu berbeda setiap harinya."
"Menemukan posisi pastinya akan jadi sangat sulit."
"Hmm, ayo kita coba cari sekali lagi. Ayo berpencar, kami akan mencari di sebelah sini."
Kaito pergi bersama dengan Gon dan Killua. Gon terus mengendus, membuat Kaito bertanya-tanya, "Apa benar kau bisa melakukannya?"
"Tenang saja, penciuman anak ini setara dengan penciuman anjing." ucap Killua.
Tapi kemudian lagi-lagi, setelah beberapa lama mencari, hasilnya tetap nihil. "Tidak bisa, baunya sudah benar-benar tak tersisa lagi."
Hari sudah sore, dan pencarianpun akan dilanjutkan setelahnya. Di mobil, ponsel Kaito berdering. "Ya, halo?" Kaito mengangkatnya, dan ternyata itu berasal dari bagian yang bertugas menyelidiki. "Kami mendapatkan hasil!! Setelah kami menganalisanya, kami menemukan kesimpulan kalau bentuknya sangat mirip dengan ratu semut chimera."
"Semut... chimera?"
"Benarkah??" Stick kaget. "Oh tidak, dari semua serangga, harus kenapa semut chimera..." mereka khawatir seolah semut chimera benar-benar berbahaya.
"Semut chimera itu apa?" Killua dan Gon tak tahu itu apa.
Kemudian Kaito menjelaskan, "Itu adalah salah satu jenis semut, yang merupakan serangga kelas teratas di antara deretan serangga yang harus dihindari."
"Apa itu berbahaya?" tanya Killua lagi.
"Semut chimera adalah mahluk yang rakus, dan mereka memiliki cara berkembang biak unik yang hanya dimiliki oleh mereka. Sang ratu dapat mewariskan pada keturunannya sifat-sifat dari mahluk yang dimakannya."
Jadi jika sang ratu memakan belalang, maka keturunannya akan menjadi semut belalang. Kalau sang ratu memakan belalang, kumbang, dan capung, maka keturunannya akan menjadi semut kumbang capung belalang. Begitulah.
"Dan dengan daya makannya yang besar, dia bisa mengonsumi mangsa beberapa kali berat tubuhnya dalam sehari." jelas Spin.
"Berapa ukuran mereka?"
"Biasanya, ratu semut chimera berukuran sepuluh centi."
"Hmmm, tapi ini... kurasa ukurannya sekitar dua meter." ucap Killua. "Dengan ukuran itu, bukan tidak mungkin dia bisa melahap manusia."
Jauh dari mereka, di suatu hutan, seorang anak laki-laki tampak sedang bersama dengan adiknya. Mereka berdua baru saja selesai memancing, dan kelihatannya mereka hidup bahagia.
"Bulan X hari O, hari ini, adikku Reina dan aku pergi ke gunung untuk mencari buah-buahan. Tapi di tengah jalan, kami dihadang oleh seekor ular. Adikku ketakutan dan mulai menangis. Lalu aku mengambil ranting, dan mengusir ular itu."
"Umur Reina masih lima tahun, dan tubuhnya lemah. Karena itu, dia tak bisa pergi keluar malam hari. Aku sudah sembilan tahun, empat tahun lebih tua darinya. Jadi, aku harus melindunginya. Aku selalu memberitahunya kalau aku akan terus melindunginya, dan aku suka malu saat dia terus berterimakasih padaku."
"Rena bahkan pernah bilang kalau saat dia dewasa nanti, dia ingin menikahiku. Tapi karena kami saudara, tak mungkin itu terjadi. Karenanya, aku memutuskan untuk terus melindunginya sampai Reina menemukan lelaki yang dia sukai lebih dari aku."
"Keesokan harinya, kami pergi memancing ke sungai. Kami berencana untuk memasak ikan dan membuatkan ibu pesta kejutan untuk merayakan hari ulang tahunnya. Tapi..."
Saat itulah, di depan mereka tampak sesosok kepiting raksasa, kepiting raksasa semut chimera. "Ka-kakak!!" Reina ketakutan. "Jangan takut!! Biarkan kakakmu yang menangani ini!! Kamu larilah, Reina!!"
Anak itu ingin melindungi adiknya, tak peduli meski apapun yang terjadi. "Pergi kau monster!!" ia berusaha untuk melawan. Akan tetapi, tentu saja monster itu terlalu kuat, apalagi untuk ukuran anak sembilan tahun seperti dirinya.
Pada akhirnya, ia dan adiknyapun berhasil ditangkap. Dibawa kehadapan sang ratu dan kemudian dimangsa. Tak perlu waktu lama, kini yang tersisa dari dua anak itu hanyalah pakaiannya.
"Lezat sekali..." ucap sang ratu. "Nilai nutrisinya juga sangat tinggi. Ini adalah makanan terbaik yang pernah kumakan. Aku harus memakan lebih banyak lagi mangsa dari jenis ini!!"
Mulai dari sini, perburuan mangsa yang semut chimera lakukanpun menjadi lebih fokus pada manusia. Dari memangsa manusia, dan kemudian melahirkan tentara-tentara yang memiliki kekuatan manusia...
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 188
0 komentar:
Posting Komentar