Home » , » Versi Teks Bleach Chapter 0

Versi Teks Bleach Chapter 0

The Sand

“Selamat Ichi-” Sebuah teriakan kencang sudah terbiasa terdengan dalam rumah kecil ini. Keluarga kecil, memang. Namun, keceriaan nampak pada setiap wajah pada setiap penghuni rumah sederhana itu. Kurosaki Ishiin, seorang laki-laki dewasa yang menjadi tulang punggung dalam keluarga ini, pekerjaannya adalah sebuah dokter. Tidak, dia tidak bekerja di rumah sakit yang ada di Kota tempatnya tinggal. Laki-laki berambut hitam ini memiliki sebuah klinik yang berada di bagian depan rumahnya.

Kurosaki Ichigo, pemuda berumur lima belas tahun, merupakan anak tertua dari ketiga bersaudara. Ada sesuatu yang menarik dari penampilannya. Iya, rambutnya yang berwarna orange itu akan sedikit menarik perhatian semua orang yang teka mengenalnya bila berpapasan. Dia hanyalah pemuda penuh semangat dengan sedikit kemampuan yang tidak wajar. Dia bisa melihat roh orang-orang yang telah meninggal. Tak hanya melihat, dia bahkan juga bisa bicara dengan mereka –para roh (plus)—


Kurosaki Karin dan Kurosaki Yuzu, dua orang perempuan yang terlahir bersamaan. Walau kembar, penampilan dan sifatnya sangat bertolak belakang. Karin, dia begitu kasar –bahkan dia bisa menendang wajah ayahnya seolah tak terjadi apa-apa— Perempuan yang mempunyai warna rambut yang sama dengan ayahnya ini juga bisa merasakan sesuatu –roh—seperti kakaknya, walaupun tak sejelas Ichigo. Yuzu, perempuan paling kecil, ramah, halus di keluarga Kurosaki. Berbeda dengan Karin, Yuzu lebih tepat disebut sebagai perempuan. Walaupun anak termuda, dia sudah bisa diandalkan, perempuan berambut cokelat inilah yang selalu mengurus sebuah kebutuhan keluarganya, mulai dari menyiapkan sarapan, makan siang, makan malam, semuanya. Yah, andai saja ibunya masih ada, mungkin tak akan seberat ini baginya untuk menjalani harinya. Walaupun sebenarnya wajah mereka cukup ceria melewati hari-hari tanpa Kurosaki Masaki, ibu mereka.

Aaa, mengenai suara keras tadi. Teriakan itu keluar dari pengucapan sang ayah, yang sekaligus melompat ke arah anak tertuanya –Ichigo—Namun, dengan cepat Ichigo melayangkan kakinya tepat ke muka sang ayah –jangan tiru adegan ini di rumah—hingga membuat Isshin terlempat ke tembok.

“Ah, Sarapannya sudah siap!” Teriak Yuzu penuh semangat, dia tidak merasa terganggu dengan ulah ayah dan kakaknya, sakan itu sudah terjadi setiap hari.

....

Waktu beralih beberapa menit kemudian, setalah Ichigo dan adik-adiknya berangkat sekolah. Kini, pemuda berambut orange itu sudah berada di kelasnya. Bleach Indonesia. Dikejutkan oleh salah satu temannya yang hiperaktif.

“ICHIGOOOOOOU!” Teriak Asano dengan keras walaupun dia berada di dekat orang yang dia teriaki. Tangannya langsung meletakkan sebuah kertas bergambarkan dua orang pemuda dan bertuliskan Bad Shield United dengan huruf yang begitu besar di sana. “Sudah lihat belum? Nih, Film Bad Shield terbaru!”

Mau tak mau ichigo harus memalingkan wajahnya pada poster yang ditunjukkan Asano. Tapi, dia masih tidak mengerti apa maksud temannya itu. “Bad... Bad apa?”

“HAH?” Teriak Asano kecewa. “Itu lho, Bad Shield!! Waktu itu kuperlihatkan DVD-nya dan katamu filmnya bagus!!”

“Tidak inagt!” Ucap Ichigo singkat.

“HAAAAAAAAH!!”

“Wah Bad Shield 2!” Sambung Kojima yang berada duduk di belakang Ichigo, sepertinya salah satu teman sekelas Ichigo ini sedikit tertarik dengan keributan yang ada di depannya.

“Berisik! Siapa yang tanya kamu!!” Jawab Asano marah.

“Film-nya keren. Aku suka Stanley Ashford yang memerankan Ricky.” Ucap Kojima pura-pura tak mendengar Asano.

“Ah!! Tapi Julian yang memerankan Mile aktingnya lebih bagus...” Balas Asano pada akhirnya.

“Tapi Mile akan mati di Bad Shield 2”

“SUNGGUUUUH?!” Teriak Asano untuk kesekian kalinya.

Tak jauh dari keramaian pada murid itu, murid yang lain juga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Termasuk Inoue dan salah satu temannya, Honshou.

“Hmmm... Snack apa yang kamu suka?” Tanya Honshou.

“Kotsubokko” Jawab Orihime singkat.

“Tunggu, apa kamu juga suka Frankfurter kranz?”

“Ah Iya, aku juga suka!” Jawab Orihime lagi.

“OKE! AKU DAPAT HASILNYA!!” Teriak Honshou tak kalah kencang dengan teriakan Asano yang berada tak jauh dengan tempat mereka duduk. “Kamu cocok berpasangan dengan!!” Perempuan berkacamata ini langsung berdiri dari duduknya, melompat dan mencoba memeluk Orihime di depannya. Namun, sebelum dekapan itu sampai di tubuh Orihime, sebuah kaki melayang dan menghantam kepala Honshou.

“Dan siapa yang peduli!” Teriak Tatsuki.

“Apa-apaan kamu?!”

“Ada masalah?”

Orihime sendiri tak ambil pusing dengan tingkah aneh teman-temannya. Agaknya, perempuan berambut orange ini sudah terbiasa dengan mereka. “Ah!” seorang pemuda yang berjalan di depannya menarik perhatian gadis ceria itu. “Ka-kamu sudah mau pulang. Kurosaki-kun?”

“Iya, aku ada urusan!” Jawab pemuda yang mempunyai rambut dengan warna senada dengan perempuan yang menyapanya. “Sampai besok, Inoue!”

Di sudut lain kelas itu, berdiri seorang pemuda dengan diamnya. Mata di balik lensa beningnya hanya mengamati jajaran-jajaran hurus yang tersusun rapi di buku yang dia pegang. Agaknya pemuda Ishida ini tak terlalu pandai dalam bergaul dengan teman-temannya yang lain.
...

Ichigo tak langsung kembali ke rumahnya seperti yang dia katakan. Dia masih mampir pada tempat biasanya dia menyapa temannya, teman yang tak bisa dilihat oleh orang lain.

“Ah, kau datang juga.” Bukan suara seperti biasanya. Bukan suara anak laki-laki yang selalu dia sapa setiap pulang sekolah. Yang menghampirinya adalah plus –roh—seorang pria payuh baya. “Maaf, anak itu sudah tidak di sini.”

“Begitu...” Sahut Ichigo sambil mengangkat pesawat mainan yang dipegangnya sejak tadi. “Rasanya, pesawat terbang ini jadi sia-sia. Aku menemukan pesawat ini di lemariku. Ya sudahlah, ini buat kakek saja.”

“Aku tidak butuh!” Sahut sang kakek.

“Kalau tidak butuh, tinggalkan saja di sini.” Pada akhirnya, Putra Kurosaki ini meletakkan pesawat mainan itu tepat di tiang listrik dimana sang bocah selalu muncul. Walau begitu, wajahnya terlihat tidak begitu senang, kepalanya teringat pada roh bocah yang selalu dia temui tiap hari sebelum hari itu, seiring batinnya bergerak. “Aku bisa melihat roh, aku bisa menyentuh mereka. Mereka kadang menghilang seperti ini, aku tak tahu kenapa tapi kadang ada sesuatu yang berbekas bercak darah yang bisa kulihat, dan emosi yang mirip kepedihan. Walau aku bisa melihat mereka, aku tak bisa melindungi mereka.”

‘Berputar, setiap matahari dan bulan bersentuhan, terus berganti ke wujud yang baru. Bila ada yang tidak berubah, hal itu adalah ketidakmampuanku. Bila takdir terbuat dari gerigi, dan kita adalah pasir yang terhimpit diantaranya, tak ada yang bisa kita lakukan kecuali berdiam tak berdaya. Aku ingin kekuatan. Bila aku tak bisa melindungi hanya dengan mengulurkan tanganku, aku ingin pedang yang bida menjangkau dihadapannya, kekuatan untuk menundukkan takdir, tampak seperti bilah pedang yang berayun turun.’

The Rotator

Sebuah kehidupan lain di sisi dunia Manusia. Mereka yang telah mati, rohnya yang telah disucikan akan menjalani kehidupan baru mereka sebagai Konpaku. Soul Society, tempat mereka menjalani kehidupan kedua mereka setelah di Bumi. Seireite, sebuah tempat yang menjadi pusat Soul Society, tempat tinggal bagi para bangsawan dan shinigami. Sudah sejak ribuan tahun lalu tempat ini terbentuk, tak ada yang tahu bagaimana asalnya. Tak ada yang mengerti bagaimana mulanya. Yang pasti, tugas shinigamilah untuk menjaga keseimbangan dua dunia ini.

Hari itu cuaca begitu cerah seperti biasanya. Semua masih sibuk dengan tugas divisinya masing-masing. Iya, dalam jajaran militer Gotei juusan, tempat para shinigami bernaung, terbagi menjadi tiga belas divisi dengan tugas khususnya masing-masing. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang taichou dan dibantu oleh seorang fukutaichou.

Di divisi tiga belas, suasana selalu ramai. Walau divisi ini tak mempunyai seorang fukutaichou, mereka mempunyai dua Daisanzeki yang begitu penuh semangat. Bleach Indonesia.

...

“Perintah pemindahan tugas?” Terdengar suara seorang perempuan dari dalam sebuah ruangan. Kuchiki Rukia. Dia adalah salah satu Hohei divisi tiga belas yang berasal dari keluarga bangsawan.

“Bukan, bukan!” Sanggah Kiyone sambil tertawa. “Bukan pemindahan tugas. Cuma misi di dunia manusia. Kau pernah melakukannya sewaktu jadi asistenku, kan!”

“Eeeeeehhh?” Gumam Rukia tak mengerti.

“Kenapa kau tidak ingat?!” Teriak Kiyone kesal.

“Mungkin karena terlalu menjijikkan sampai-sampai dia melupakannya!” Sambung Sentarou, Daisanzeki yang lain, dengan sedikit senyuman puas. “Iya, Kuchiki?!”

“APA?!” Teriakan perempuan mungil itu semakin keras. “Diam! Sana pergi keluar dan urus kebun!”

“Tempat tujuanmu adalah kawasan roh di pusat sebuah kota bernama Karakura.” Sebuah suara tiba-tiba menyambung pembicaraan mereka. “Dengan kemampuanmu, seharusnya tidak sulit.”

“U- Uki—Ukitake Taichou!” Ucap ketiganya hampir bersamaan.

“Anda harusnya istirahat..” Ucap Kiyone cemas sambil berlari kearah taichou yang memang terkenal mempunyai penyakit parah itu.

“Tak perlu. Aku merasa sehat hari ini.” Taichou berambut putih itu tertawa pelan. “Lagipula, walaupun cuma sebulan, kupikir Kuchiki akan khawatir. Jadi aku datang sendiri ke sini untuk mengantarnya.”

“Oh... Terima kasih banyak.” Sang Hohei ini langsung bersujud di depan taichounya, dengan begitu cepat.

“Jangan terlalu kaku...” Tawa Ukitake taichou masih terdengar walau sedikit samar. “Sudah bilang ke Byakuya?”

Sang gadis Kuchiki itu langsung terdiam. Terlihat cukup jelas wajahnya yang muram dengan tiba-tiba. “eeeemmm tidak.....” Kata-katanya menjadi sedikit terbata-bata karena gugup. “ku-kupikir kalau aku bilang, Kuchiki Taichou akan bilang padaku agar tidak memberitahu hal tidak penting seperti itu. Jadi aku lebih baik pergi tanpa bilang padanya. Kalau begirtu....”

“Tidak apa-apa.” Timpal Ukitake tiba-tiba. Sang taichou ini lalu duduk di depan Rukia yang masih belum berdiri sejak berlutut tadi. “Tidak apa-apa kalau itu memang maumu. Jangan khawatir, biarkan aku yang bilang ke Byakuya.” Ucap sang taichou dengan sedikit senyum menghibur bawahannya.

“Baik!”

....

Di tempat lain, di divisi sebelas. Abarai Renji baru saja menerima sebuah surat mengangkatan jabatan. Dirinya yang pertama menjabat sebagai Dairokuzeki di divisi sebelas itu kini diangkat menjadi Rokubantai Fukutaichou.

“Selamat Abarai-kun.” Ucap Hinamouri, teman sekelas Renji saat di di akademi shinigami dulu. Kira juga berada di sana. Mereka –Hinamouri dan Kira—telah lebih dulu menjabat sebagai Fukutaichou. Hinamouri berada di divisi lima bersama Aizen Taichou yang selalu dia kagumi, sedangkan Kira telah menjabat sebagai Sanbantai Fukutaichou dibawah kepemimpinan Ichimaru Taichou.

“Ah iya... Eh maksudku.. saya paham dan dengan senang menerima ucapan selamat anda, Hinamouri Fukutaichou!”

“Jangan kaku begitu...” Ucap Hinamouri sambil terkekeh senyum.

“Biar begitu itu tetap kabar bagus. Sekarang, kau selangkah lebih dekat ke Kuchiki Byakuya.” Celetuk sebuah suara. Ikkaku juga berada di sana, berada duduk tak jauh di belakang Renji. “Kupikir sekarang saat yang tepat kau harus bilang ke Rukia-chan. Walaupun rivalmu adalah keluaraga bangsawan, pangkat sebagai seorang fukutaichou tidak bisa dibilang rendah. Tekadmu sudah kuat selama 40 tahun, sudah saatnya kalian punya hubungan yang seperti dulu lagi.”

“Kalau begitu kau harus cepat!” Sambung kira yang sedari tadi hanya diam saja. “Sore ini Kuchiki-san akan ke dunia manusia untuk menjalankan misi.”

“Ya ampun!” Ucap Hinamouri kaget, agaknya dia juga baru mendengar kabar ini. “Cepat, Abarai-kun.”

Pemuda berambut merah itu sedikit diam agak lama. Hingga dia terlihat memutuskan sesuatu. “Tidak. Peresmian kenaikan pangkat masih sebulan lagi. Ketika dia kembali, aku akan mengejutkannya kalau aku sudah menjadi Fukutaichou.”

....

Sore itu, sebuah Senkaimon telah terbuka lebar. Siap menjadi gerbang pengantar bagi mereka, shinigami yang ini pergi meninggalkan Soul Society, bagi mereka, dewa kematian yang ingin menapakkan dirinya di dunia manusia. Gadis bangsawan itu pergi di antar oleh sang taichou. Dengan Keberaniannya dia melangkah masuk melewati ruang batas dan waktu, meninggalkan Seireite yang tak akan dia lihat untuk sebulan setelah hari itu. Bayangan perempuan itu perlahan mengihilang dibalik pendaran cahaya yang muncul dari dalam Senkaimon. Tapak kakinya perlahan meredup dari tangkapan telinga. Hingga akhirnya pintu penghubung itu perlahan menutup, hanya menampakkan punggung gadis mungil itu, pada akhirnya.

‘Berputar. Bila mereka mengatakan takdir adalah gerigi, kita adalah yang menggerakkannya. Bila kita percaya bahwa gerigi tidak saling bertaut, maka kita yang menautkannya, melebihi kekuatan gerak dari gerigi itu.’

Bersambung ke Bleach Chapter 1
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Rekomik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger